Artikel GENERASI MUDA PUNYA PERAN UTAMA SEBAGAI AGEN PERUBAHAN PERKEBUNAN pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>M. Harjo Adi Wianto (24) merupakan salah satu dari generasi muda melenial di Kabupaten Ponorogo yang masih tetap eksis terhadap perkembangan dan kemajuan sektor pertanian, khususnya budidaya kopi. Meskipun pada awalnya usaha dan keinginan tersebut kurang direstui oleh kedua orang tuanya, dengan tekat kuat dan ingin meyakinkan orang tuanya, menjadi motivasi dalam mengembangkan potensi wilayah yang sudah ada. Sarjana Ekonomi yang telah diamanatkan di pundaknya tidak menjadikan hambatan di dalam berinvestasi pada bidang perkebunan. Adi, panggilan akrab di kesehariannya, adalah anak petani yang dibesarkan pada lingkungan masyarakat pertanian tepatnya di Desa Pudak Wetan Kecamatan Pudak. Sebelum melangkahkan kakinya untuk berbudidaya kopi, tepatnya pada bulan November 2020, ada keinginan kuat untuk mencoba membuat kopi bubuk arabika dan robusta yang bahan bakunya diambil dari tanaman sekitar dengan jumlah sangat minim. Berjalannya waktu, lambat laun permintaan akan kopi bubuk terus meningkat dan ketersediaan bahan baku tidak mencukupi. “Hal ini menjadi problem tersendiri serta perlu pengkajian ulang dalam upaya mengantisipasi agar usaha saya bisa berjalan secara kontinyu dan berkelanjutan,” ujarnya.
Pengalaman secara otodidak dan keinginan belajar yang cukup kuat untuk berbudidaya kopi selama ini didapatkan dari orang tuanya serta pegiat kopi yang ada di Ponorogo. Pengalaman tersebut dimulai dari pemilihan bibit sebagai benih kopi berkualitas, pengelolaan kebun, budidaya, sampai pasca panen. Saat ini Adi membangun kedai kopi yang dinamai Kopinini. Hal ini merupakan bukti konsistensinya membangun perkopian Ponorogo. Adi juga menjadikan kedai Kopinini sebagai tempat ajang diskusi bagi pegiat kopi dalam rangka mengangkat kopi Ponorogo sebagai kopi yang perlu dibanggakan.
Selama kurang lebih 4 tahun terakhir tanaman kopi dari varietas robusta yang ditanamnya sudah memasuki umur 3 tahun dan sudah mulai nampak adanya tanda-tanda keberhasilan. Kebutuhan bibit didapatkan dari pohon induk yang ada di lahan sekitar untuk kemudian disemai. “Dari persemaian yang ada, selain untuk menyukupi kebutuhan benih di kebun sendiri, sebagian juga saya berikan kepada warga sekitar yang membutuhkan untuk ditanam sebagai perluasan areal kebun kopi di wilayah Pudak,” lanjutnya.
Permintaan kopi arabika saat ini banyak mengalami kendala. Sebelum covid-19, kopi dengan rasa khasnya masih bisa didapatkan, tetapi pada dua tahun terakhir untuk mendapat biji kopi arabika dengan karakteristiknya cukup susah. Ditambah lagi adanya perubahan iklim saat ini secara signifikan akan memberikan dampak langsung terhadap produktivitas kopi yang tidak pernah dialami pada tahun sebelumnya. “Selain itu, permintaan green bean sebagai bahan baku rosbean dari para pengelola cafe di sekitaran kota Pononorogo cukup banyak,” tambahnya.
Sebelum mengakhiri obrolan, Adi menyampaikan harapannya kepada para pemuda agar mau bergelut di dunia pertanian, dikarenakan pertanian merupakan dunia kerja yang menjanjikan dan penuh tantangan. Agar berhasil dalam bidang pertanian, perlu motivasi dan inovasi untuk bisa mewujudkan produk perkebunan yang berkualitas dan harga yang menjanjikan. @nyelira3
Artikel GENERASI MUDA PUNYA PERAN UTAMA SEBAGAI AGEN PERUBAHAN PERKEBUNAN pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel UPAYA MENGHASILKAN KOPI PONOROGO YANG BERMUTU DAN BERKUALITAS pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Tanaman kopi banyak dijumpai di wilayah selingkar wilis tepatnya di Kecamatan Ngebel, Pudak, Pulung, Sooko dan tentunya banyak dijumpai pula di Kecamatan Slahung dan Sawoo. Tanaman kopi saat ini mengalami degradasi secara signifikan mulai dari banyaknya pohon kopi yang rusak dan atau mati, pengelolaan tanaman kurang optimal, bahkan saat ini dianggap kurang menjanjikan disandingkan dengan komoditas pertanian lainnya.
Lukito Hari S selaku Pengawas Mutu Hasil Perkebunan sebelum membahas secara detail tentang mutu dan kualitas kopi menyampaikan tentang budaya masyarakat Ponorogo.
“Bahwasannya banyaknya angkringan maupun kafe yang ada di Ponorogo secara umum bak pepatah menyampaiakan seperti jamur tumbuh di musim hujan sangatlah tepat, mengapa demikian budaya masyarakat Ponorogo yang selalu mengedepankan silaturahmi menjadikan seduhan kopi sebagai pelengkap dari keakraban, dengan kata lain dengan minum kopi di angkringan bukan hanya sekedar tempat minum kopi saja tetapi dari tempat ini muncul kehangatan dan kesederhanaan di dalamnya,” ujarnya.
Selain itu untuk menjaga kualitas, buah kopi yang baik saat panen adalah yang telah matang berwarna merah penuh, namun dengan berbagai alasan petani kita seringkali memanaen buah yang masih berwarna kuning bahkan hijau. Buah kopi berwarna merah penuh mempunyai kandungan senyawa gula relatif tinggi pada daging buahnya dan akan menghasilkan kopi beraroma.
Dari penjelasan diatas perlu disikapi secara bijaksana, petani yang tergabung di kelompok tani dalam menentukan produktivitas kopi dapat terukur yaitu dengan adanya gerakan masal pada waktu pemangkasan, pemupukan maupun pengendalian hama penyakit secara tepat dan terpadu sehingga akan membawa dampak kepada mutu dan kualitas kopi yang dihasilkan.
Berawal dari curah hujan yang cukup tinggi di tahun 2022 mempunyai dampak cukup signifikan terhadap tingkat produksi kopi, bahkan menurunnya produksi mencapai 30%-40% di Kabupaten Ponorogo sehingga asumsi untuk stock akan kebutuhan kopi green bean di tahun ini berkurang.
Bicara tentang kopi bukan hanya seruputan dan tegukan sesaat saja, melainkan bagaimana bisa mendapatkan rasa serta aroma kopi yang nikmat, jenis kopi, cara penyimpanan dan proses pengolahan kopi yang tepat. Bahkan ada sebuah penelitian biji kopi (green bean) bisa bertahan selama 2 tahun apabila disimpan secara optimal melalui proses penyimpanan yang benar (suhu ruangan 15⁰C dengan kadar air 14% dalam kantong kedap udara), dan apabila biji kopi dibiarkan dan terpapar udara beberapa minggu akan menghasilkan biji kopi yang tidak beraroma khas.
Kantung plastik dan kertas bisa digunakan untuk menyimpan biji kopi, selain itu karung goni juga mempunyai peranan penting dalam penyimpanan biji kopi dengan tujuan bisa mengalirkan udara dan terhindar dari kelembaban, bahkan goni lebih menjadi pilihan karena biji kopi bisa lebih awet dibandingkan dengan kantung plastik maupun kertas.
Tak kalah penting lainnya dalam proses roasting atau pemanggangan biji kopi yang masih mentah sangatlah berperan dalam menentukan kualitas cita rasa. Proses roasting kopi juga bisa memunculkan cita rasa asli masing-masing biji kopi, maka tingkat kematangan pada proses roasting memerlukan ketepatan antara lain suhu pemanggangan, lama waktu pemanggangan, teknik roasting, kelembaban, jumlah biji yang dipanggang hingga waktu pendinginan.
Dari sekilas apa yang disampaikan diatas masih banyak pemahaman bahkan persepsi mengenai mutu produk dan kualitas produk mempunyai arti berbeda. Sebenarnya mutu sendiri didefinisikan sebagai ukuran baik buruk suatu benda, kadar, taraf sebagai keunggulan produk yang memenuhi harapan pelanggan. Jadi tidak ada definisi mutu yang dibuat secara universal namun dari definisi-definisi yang di ungkapkan para pakar mutu terdapat suatu kesamaan. Sedangkan kualitas produk sendiri adalah kemampuan suatu produk dalam melaksanakan fungsinya dalam bentuk akurasi, keandalan, daya tahan, kemudahan dalam penggunaan dan hal lainnya. Tujuan utama dilakukannya kualitas produk adalah agar bisa mengurangi kerusakan produk juga meningkatkan nilai produk di mata pelanggan. anyelir@3
Artikel UPAYA MENGHASILKAN KOPI PONOROGO YANG BERMUTU DAN BERKUALITAS pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel Budidaya dan Pengolahan Kopi di Kelompok Tani Subur 3 dan Subur 7 Desa Munggung Kecamatan Pulung pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Sumarni telah mulai menanam kopi pada tahun 2.000. Penanaman awal bibit kopi sebanyak 510 bibit tanaman. Bibit pertama dengan jenis Robusta didatangkan dari Dampit, Kabupaten Malang. Dalam berbudidaya beliau banyak menemui kendala tapi tidak menyurutkan semangatnya. Dengan gigih, sedikit demi sedikit, saat ini Sumarni telah menanam kopi hingga mencapai kurang lebih 4.000 batang dan ditanam di areal tegal seluas 1,2 Ha. Dirinya bekerja sama dengan beberapa petani yang tergabung dalam Sub Perkebunan Kopi. Adapun bibit kopi yang ditanam merupakan bibit dengan batang bawah varietas RC (Lokal Rojo Nongko) dan disambung pucuk dengan batang atas Robusta. Kopi ditanam di lahan tegal milik pribadi dan telah meluas hingga ke mbaon atau lahan hutan LMPSDH Lereng Wilis, atas ijin dari Perhutani Lereng Wilis Madiun.
Dari seluruh pohon kopi yang dimiliki Sumarni, 1.450 diantaranya telah produktif. Setiap tahun beliau bisa menghasilkan panen 1,5 ton kopi dan dikirim ke Malang untuk dijual dalam bentuk Ose kering. Harga jual per kilo berkisar antara Rp 40.000 sampai dengan Rp 70.000, sesuai grade atau tingkatan kualitasnya. Kerjasama perkebunan kopi ini sudah berlangsung beberapa tahun. Adapun pengolahan kopi di Kelompok Tani saat ini masih dilakukan secara manual dengan pengeringan dan penumbukan. Kendalanya adalah membutuhkan waktu yang terlalu lama dalam pengolahan biji kopi hingga siap menjadi ose kering. “Saya berharap ada perhatian dari pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan, agar budidaya kopi di sini dapat terus berkembang,” ujarnya.
Proses pengolahan merupakan tahap untuk mempertahankan mutu dan kualitas buah kopi. Pengolahan kopi jenis robusta biasa dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengolahan Robusta Wet Process (RWP) yang disebut dengan pengolahan basah dan pengolahan Robusta Dry Process (RDP) yang disebut dengan pengolahan kering. Tujuan utama dari kegiatan produksi atau pengolahan kopi pascapanen ini adalah menurunkan kadar air biji kopi hingga menjadi 9-12%. Pada nilai kadar air tersebut biji kopi memiliki sifat isostastik atau tidak mudah berubah kondisi sifat dan karakteristiknya dari pengaruh kondisi lingkungan. Proses pengolahan yang dilakukan di Kelompok Tani menggunakan pengolahan RDP. Proses pengolahan kopi ini dilakukan tanpa melalui tahap pengupasan kulit buah kopi. Buah kopi langsung dikeringkan dengan panas sinar matahari. Pengolahan RDP merupakan proses pengolahan kopi yang sangat sederhana. Namun, memiliki kelemahan yaitu membutuhkan waktu yang lama dan tempat yang luas karena pengolahan RDP bergantung pada ketersediaan sinar matahari. Selain itu, dalam pengolahan RDP buah kopi yang sebelumnya tidak dikupas akan memakan waktu yang cukup lama untuk mengeringkannya.
Selain Sumarni, Bikan juga menjadi pekebun kopi. Beliau memiliki 2.300 pohon kopi di tanam di lahan seluas 0,7 Ha yang sebagian merupakan lahan LMPSDH Lereng Wilis. Sebanyak 430 pohon kini telah produktif. Menurut Bikan, kopi dapat menjadi salah satu komoditas unggulan Desa Munggung. Oleh karena itu, dia berharap semakin banyak pemuda dan petani yang menanam kopi. “Kita bisa memanfatkan tegal, pekarangan, dan areal lahan di sekitar kita untuk budidaya kopi,” ungkapnya. Dia juga berangan-angan agar Desa Munggung bisa memiliki produk olahan kopi yang dikemas dengan baik dan dipasarkan sebagai produk unggulan Kabupaten Ponorogo. (Farida)
Artikel Budidaya dan Pengolahan Kopi di Kelompok Tani Subur 3 dan Subur 7 Desa Munggung Kecamatan Pulung pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel BBPPTP Jawa Timur Lakukan Sosialisasi dan Monitoring di Poktan Among Kismo VIII Kecamatan Slahung pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Saat kegiatan tersebut, kontraktor yang bertanggung jawab menyampaikan bahwa progress program Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim yang berupa pembuatan embung sudah mencapai 90 %. Dari pihak BBPPTP berharap agar pembangunan tersebut segera selesai dan dapat bermanfaat bagi petani sekitar. Adanya aplikasi teknologi mitigasi dan adaptasi pada subsektor perkebunan perlu dilakukan agar produksi dapat dipertahankan akibat dampak perubahan iklim.
Kegiatan yang dilakukan adalah sosialisasi dari pihak BBPPTP tentang pemangkasan kopi yang baik sekaligus pelaksanaan praktek. Wahyu selaku pemateri dari pihak BBPPTP menyampaikan bahwa pemangkasan dilakukan supaya pertumbuhan tanaman kopi lebih optimal, dan tanaman kopi mendapatkan cukup cahaya untuk menunjang produktivitas. “Pemangkasan tanaman kopi, dilakukan pada tanaman yang telah mencapai tinggi kurang lebih 120 cm dan dipangkas minimal 2 mata tunas dari pangkal cabang sekunder,” lanjutnya.
Selain sosialisasi tentang pemangkasan, juga dilakukan sosialisasi tentang pembuatan rorak. Rorak adalah galian yang dibuat di sebelah pokok tanaman untuk menempatkan pupuk organik dan dapat berfungsi sebagai lubang drainase. Pembuatan rorak ini bertujuan agar kebutuhan air dan hara pada tanaman kopi dapat terpenuhi sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat maksimal. Pembuatan rorak ini dilakukan di samping tanaman kopi, dengan ukuran 80 cm x 40 cm dengan kedalaman 40 cm.
Kelompok Tani Amomng Kismo VIII menyambut baik kegiatan tersebut. “Pendampingan dan bimbingan yang berkelanjutan dari pihak BBPPTP Jawa Timur dan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Ponorogo menjadi harapan kami,” ungkap Parlin, selaku ketua Kelompok Tani tersebut. (Yuliana S)
Artikel BBPPTP Jawa Timur Lakukan Sosialisasi dan Monitoring di Poktan Among Kismo VIII Kecamatan Slahung pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>