Artikel DIALOG PERTANIAN DAN GERAKAN PANEN RAYA PADI pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Hadir pula dalam kegiatan ini, Asisten Ahli Perekonomian dan Pembangunan, Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Ponorogo, Kepala Badan Penerapan Standardisasi Pertanian Jawa Timur, Kepala Perusahaan Listrik Nasional (PLN) Ponorogo, Perwakilan Komandan Kodim 0802 Ponorogo serta segenap insan pertanian di Kabupaten Ponorogo.
Kegiatan diawali dengan panen raya bersama menggunakan combine harvester besar. Pasukan Koramil Sukorejo juga turut berkontribusi dalam kesuksesan pelaksanaan panen raya padi musim ini.
Suprianto, Kepala Dipertahankan Kabupaten Ponorogo menyambut kehadiran para insan pertanian dan mengucapkan terimakasih atas dedikasinya menjaga ketersediaan pangan di Kabupaten Ponorogo dan sekitarnya.
Apresiasi disampaikan juga oleh Dydik Rudy Prasetya karena Ponorogo merupakan salah satu Kabupaten yang mampu menerapkan IP400. “Saya berharap Kabupaten Ponorogo bisa mempertahankan dan meningkatkan prestasi ini,” ucapnya.
Dalam sesi dialog, beberapa petani menyampaikan masalah pertanian terkait mekanisasi pertanian, kebutuhan pupuk, fluktuasi harga dan kepastian pasar. Mekanisasi pertanian akan terus ditingkatkan secara bertahap pada semua lini budidaya pertanian dari hulu sampai hilir. Diharapkan petani juga meningkatkan inovasinya untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk bersubsidi. Kepala Bulog Ponorogo menyampaikan bahwa Bulog membuka luas peluang kemitraan. “Bulog membuka luas peluang kemitraan dengan penggilingan padi untuk menyerap padi, utamanya padi pecah kulit,” ujarnya. (ryns)
Artikel DIALOG PERTANIAN DAN GERAKAN PANEN RAYA PADI pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel KAMPUNG MELON DAHSYAT, PERKUAT PONOROGO HEBAT pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Herry Sutrisno, Plt. Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dipertahankan) Kabupaten Ponorogo melaporkan, luas tanam komoditas melon periode Januari – September 2023 adalah seluas kurang lebih 125 Ha, dan luas panen sudah mencapai 38 Ha dengan produksi mencapai 9.319 Kuintal. Herry berharap “Tentu saja ini merupakan potensi yang perlu dioptimalkan sehingga melon bisa menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Ponorogo.”
Para petani melon di Ponorogo selama ini menjual hasil panen mereka untuk mencukupi kebutuhan pasar lokal dan mengirimnya ke Pasar Induk Kramat Jati di Jakarta. Petani masih mengeluhkan fluktuasi harga melon saat panen raya seperti ini. “Selain itu, masalah yang kami rasakan saat bertanam melon adalah ketersediaan air,” begitu disampaikan Sudarto, perwakilan petani melon.
Pemerintah Kabupaten Ponorogo sedang proses membangun sumur dalam beserta penyediaan jaringan irigasinya, sebagai upaya dalam mengatasi kesulitan petani terkait ketersediaan air. “Kita juga akan launching program listrik masuk sawah untuk memudahkan pengairan,” ungkap Bupati Sugiri Sancoko. (ryns/tph)
Artikel KAMPUNG MELON DAHSYAT, PERKUAT PONOROGO HEBAT pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel FGD Potensi Air Tanah dan Hasil Kemajuan Inventarisasi Jaringan Irigasi Air Tanah pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>FGD ini dibuka secara langsung oleh Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian, Muh. Tamar Mahara. Dalam sambutannya, Tamar menyampaikan bahwa kegiatan ini bagai gayung bersambut dengan program Irigasi Air Tanah Dalam (IATD) yang sedang berlangsung di Kabupaten Ponorogo. “Harapan kami kegiatan FGD yang dihadiri oleh lintas sektor ini, dapat menghasilkan masukan dan outcome yang dapat menunjang kegiatan Irigasi Air Tanah Dalam menjadi lebih baik dan memberikan banyak manfaat untuk petani di Kabupaten Ponorogo,” pungkasnya.
Kegiatan FGD dilanjutkan dengan penyampaian materi Teknis Pengelolaan Sumberdaya Air oleh Dian Noorvy Khaerudin (Dosen Pengairan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang). Dian memaparkan bahwa Tata Kelola Air yang tepat dapat mempengaruhi produktivitas tanaman. “Perlu diketahui bahwa penambahan IATD yang terbangun di Kabupaten Ponorogo belum diimbangi dengan peningkatan produksi tanaman padi dan jagung secara signifikan dalam 5 tahun terakhir,” paparnya. Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan oleh Dian dan Tim UNITRI. disimpulkan bahwa kondisi tersebut terjadi karena bantuan Irigasi Air Tanah Dalam yang terbangun dari beberapa sampel lokasi yang dicek cenderung memiliki debit air yang cukup untuk mengairi 10 Ha sawah. “Akan tetapi hanya digunakan untuk mengairi petak sawah di sekitar bangunan IATD. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jaringan irigasi tidak dilakukan secara bersamaan dengan bantuan IATD yang diberikan,” lanjutnya.
Adapun Nanang Syaiful Rizal (Dosen Teknik Universitas Muhammadiyah Jember) yang menjadi pemateri kedua menyampaikan tentang Hasil Pendugaan Air Tanah di 10 titik lokasi Irigasi Air Tanah Dalam. Lokasi tersebut terletak di Kecamatan Jenangan, Sukorejo, Sampung, Pulung, Mlarak, Jetis, Balong, Slahung, Sambit, dan Sawoo. Berdasarkan hasil pendugaan air tanah di 10 titik, Nanang menyimpulkan bahwa di Kabupaten Ponorogo ini lapisan tanahnya termasuk istimewa karena 9 lokasi yang dilakukan uji geolistrik memiliki 3 lapisan akuifer, dan hanya 1 lokasi yang memiliki dua lapisan akuifer. “Selain itu, ketebalan akuifer yang ditemukan rata-rata di atas 3 meter,” ungkapnya. Akuifer merupakan lapisan batuan di bawah permukaan tanah yg mengandung air dan bisa dirembesi air. “Ketebalan akuifer juga mempengaruhi debit air yang keluar dari pengeboran pada irigasi air tanah dalam,” tambahnya.
Diskusi dan tanya jawab menjadi sesi terakhir pada Forum Group Discussion ini. Salah satu penanya adalah perwakilan kelompok tani yang hadir. Pertanyaan yang diajukan adalah tentang bagaimana teknik mengetahui potensi debit air. “Potensi debit air dapat diketahui dari beberapa faktor antara lain ketebalan akuifer, permeabilitas tanah, serta degradasi warna pasir yang seragam,” jawabnya. (Rizka)
Artikel FGD Potensi Air Tanah dan Hasil Kemajuan Inventarisasi Jaringan Irigasi Air Tanah pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel GERAKAN PENGENDALIAN AKABI (KEDELAI) MENGGUNAKAN AGEN PENGENDALI HAYATI (APH) pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Kegiatan Gerakan Pengendalian Akabi (kedelai) tersebut diawali dengan pengarahan dari POPT Kecamatan Bungkal, Kusharyono, “Pengertian Gerakan pengendalian Akabi, yaitu upaya pengendalian responsif yang dilaksanakan secara bersama-sama dalam hamparan yang luas berdasarkan hasil pengamatan OPT yang dilakukan oleh POPT, selain itu dijelaskan juga pelaksanaan penyemprotan agar memberikan dampak yang baik harus menerapkan prinsip 6 tepat (6T) yaitu 1. tepat sasaran, 2. tepat jenis, 3. tepat dosis dan konsentrasi, 4. tepat cara, 5. tepat waktu serta 6. tepat mutu,“ ungkapnya.
Dalam kesempatan itu Wuryaning Handayani selaku Korwil UPT Proteksi TPH Madiun mengatakan bahwa dalam rangka mengamankan produksi tanaman aneka kacang dan umbi, maka Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menyelenggarakan kegiatan Gerakan OPT Akabi. Dalam hal ini untuk tanaman kedelai yang berada di Poktan Bende Mas Desa Sambilawang Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo.
“Gerakan pengendalian OPT Akabi ini diutamakan menggunakan bahan pengendali yang ramah lingkungan. Hal ini sebagai bentuk dukungan terhadap kebijakan pembangunan pertanian berkelanjutan yang didasarkan pada pertimbangan ekologi agar tidak mengakibatkan resistensi dan resurjensi OPT serta tidak membahayakan kesehatan manusia,” jelasnya.
Pada dasarnya, kegiatan ini bertujuan untuk mengendalikan serangan OPT di lokasi sumber serangan dan menurunkan intensitas serangan OPT pada hamparan yang luas. Sedangkan sasaran dari kegiatan ini adalah memberdayakan dan meningkatkan peran serta petani dan masyarakat dalam pelaksanaan Gerakan massal Pengendalian OPT serta mengamankan pertanaman dari serangan OPT serta meminimalkan kerugian secara ekonomis.( Yani Triastuti)
Artikel GERAKAN PENGENDALIAN AKABI (KEDELAI) MENGGUNAKAN AGEN PENGENDALI HAYATI (APH) pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel TRAINING PENGGUNAAN COMBINE HARVESTER pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Melalui training ini, diharapkan kelompok penerima memahami cara penggunaan dan perawatan yang tepat. Kegiatan training dipusatkan di Desa Kapuran Kecamatan Badegan. Dwi, teknisi dari PT. CMG memaparkan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan. “Jadwal penggantian oli dan cara perawatan sparepart harus diperhatikan,” ucapnya. Tidak hanya itu, petani juga di training teknis pengoperasian alat di lahan agar tidak banyak masalah ataupun kendala saat penggunaan.
“Mohon ditingkatkan keamanan dalam penggunaan mesin. Pastikan untuk mematikan mesin terlebih dahulu sebelum membersihkan blower/cerobong. Usahakan tidak ada kegiatan lain di lahan saat pemanenan menggunakan harvester, karena rawan terlindas yang disebabkan oleh pandangan sopir yang kurang leluasa,” pungkasnya. © ryns/tph
Artikel TRAINING PENGGUNAAN COMBINE HARVESTER pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel MANFAAT DAN PERAN GUDANG PENYIMPANAN TEMBAKAU pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Penggunaan dana DBHCHT Tahun 2023 perlu kecermatan dan ketelitian dalam pengelolaanya dengan harapan penggunaan anggaran tersebut sesuai dengan kebutuhan petani tembakau secara prioritas. Salah satunya digunakan untuk membangun gudang penyimpanan tembakau. Pembangunan gudang penyimpanan tembakau diantaranya dilaksanakan di Desa Tatung Kecamatan Balong. Dengan adanya gudang penyimpanan tembakau merupakan salah satu wujud nyata manfaat dalam upaya mempertahankan peningkatan mutu hasil produksi tembakau, dan mempunyai peran strategis dalam budidaya komoditi tembakau secara berkelanjutan.
Mengawali sambutannya Masun Kepala Dipertahankan Kabupaten Ponorogo mengatakan bahwa penanaman tembakau virgin dicatatannya selalu mengalami pasang surut terhadap luasan areal tanamnya.
“Hal ini terjadi karena komoditas tembakau merupakan komoditi perkebunan yang tidak dipacu oleh luas areal pengembangan melainkan setiap tahunnya diselaraskan dengan jumlah permintaan perusahaan serta kondisi pasar nasional maupun internasional sehingga tidak terjadi over produksi dan menumpuk di gudang perusahaan,” ujarnya.
Lebih lanjut terkait harga rata-rata jual petani sebenarnya ada dua mekanisme yang dijalankan antara lain dalam bentuk krosok maupun bentuk rajangan tergantung permintaan stake holder yang memintannya. Sebagian besar untuk komoditi tembakau virgin yang ada di Ponorogo kemasan yang bisa terbeli sesuai dengan kesepakatan yaitu dalam bentuk rajangan tentunya disesuaikan dengan permintaan mitra / perusahaan.
Kepala Desa Tatung yang juga mewakili Ketua Kelompok Tani Tatung Kidul mengatakan bahwa Desa Tatung Kecamatan Balong merupakan daerah sentra tembakau yang cukup banyak memberikan kontribusi terhadap kebutuhan tembakau pabrikan
“Mengapa demikian, karena sebagian besar luas lahan pertaniannya ± 75 Ha ditanami komoditi tembakau, hal ini disebabkan selain topografi yang memungkinkan untuk budidaya, masyarakat setempat secara turun temurun ada kebiasaan untuk berbudidaya tembakau, sehingga petani survive terhadap kegiatan yang selama ini digelutinya,” jelasnya.
“Dahulu nenek moyang kami menanam tembakau dengan varietas lokal dan teknologi yang digunakan apa adanya, tetapi dengan berjalannya waktu dan sampai saat ini ada sebuah perubahan sistem budidaya yang dibangun yaitu dengan sistem kemitraan atau bagi hasil,” imbuhnya.
Sistem kemitraan dirasa perlu dilakukan karena cukup membantu mengurai harga penjualan saat panen, dimana seringkali harga selalu dibuat permainan oleh sebagian besar tengkulak dan secara tidak langsung petani tembakau yang selalu dirugikan.
Di sela-sela kunjungan mendampingi Kepala Dipertahankan Kabupaten Ponorogo, Anik Sri Mulyani selaku Pengawas Mutu Hasil Pertanian Bidang Perkebunan juga menyampaikan pabrik rokok khususnya rokok kretek melakukan pembelian tembakau tiap-tiap tahunnya didasarkan atas kebutuhan akan tembakau, kualitas tembakau, jenis tembakau tiap daerah dan harga tembakau itu sendiri.
Menurunnya mutu tembakau disebabkan oleh budidaya yang dilakukan petani tidak sesuai dengan buku teknis seperti seringkali petani tembakau masih menggunakan pupuk nitrogen yang berlebihan dan menggunakan pupuk yang mengandung Cl (klor), selain itu perluasan areal tembakau dilakukan pada areal-areal lahan yang tidak potensial.
Hal ini dikandung maksud bahwa tembakau yang seharusnya ditanam pada lahan tegalan, ditanam pada lahan sawah maupun tanaman tersebut dicampur dengan varietas lain yang nantinya akan menghasilkan mutu tanaman tembakau yang tidak baik sehingga secara tidak langsung akan menyebabkan mutu hasil tembakau dari daerah potensial juga akan menurun.
Besar harapan kami Bidang Perkebuan khususnya kepada kelompok tani penerima manfaat pembangunan gudang penyimpanan tembakau untuk bisa menggunanakan dan mengelola secara optimal sehingga bangunan ini disediakan bukan hanya untuk dibangun saja tetapi juga bisa berdaya guna terhadap petani tembakau secara luas. anyelir@3
Artikel MANFAAT DAN PERAN GUDANG PENYIMPANAN TEMBAKAU pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel KOORDINASI DAN SOSIALISASI AUTP TAHUN 2023 DI KECAMATAN MLARAK pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Tujuan dilaksanakannya kegiatan koordinasi dan sosialisasi AUTP ini adalah untuk proses pengaturan, pemaduan, dan pengintegrasian kepentingan bersama dalam mencapai tujuan bersama secara efisien dan efektif. Selain itu, juga untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran petani tentang pentingnya melindungi usaha tani padinya dengan mengikuti program AUTP.
Samidi, Analis Prasarana dan Sarana Pertanian Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo, mengungkapkan bahwa Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) adalah perjanjian antara petani dan pihak perusahaan asuransi untuk mengikatkan diri dalam pertanggungan risiko Usaha Tani Padi. “Proses pendaftaran AUTP saat ini sudah semakin dipermudah dengan adanya aplikasi,” ujarnya. Aplikasi Sistem Informasi Asuransi Pertanian (SIAP) adalah aplikasi yang digunakan untuk melakukan proses digital pendaftaran peserta hingga penerbitan polis, penetapan Daftar Peserta Definitif (DPD), pemantauan (monitoring) realisasi serapan bantuan premi, dan pelayanan klaim.
Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) memberikan perlindungan kepada petani dari ancaman resiko gagal panen sebagai akibat dari resiko banjir, kekeringan, dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Jenis hama pada tanaman padi yang dapat dijamin AUTP diantaranya adalah penggerek batang cokelat, wereng batang cokelat, walang sangit, tikus, ulat grayak, dan keong mas. Sementara jenis penyakit yang dapat dijamin AUTP diantaranya adalah blas, bercak cokelat, tungro, busuk batang, kerdil hampa, kerdil rumput/kuning, dan kresek.
Pada kesempatan tersebut, Samidi juga menjelaskan skema pelaksanaan AUTP. Adapun skemanya adalah sebagai berikut:
Dalam kegiatan Koordinasi dan Sosialisasi AUTP tersebut, juga disampaikan proses pengajuan klaim bagi petani yang mengalami gagal panen. Agar kegiatan AUTP bisa membawa manfaat bagi petani dan tidak menimbulkan masalah, maka perlu komunikasi dan koordinasi yang baik antara Kelompok Tani, Kepala Desa, PPL Wilbin, Koordinator PPL Kecamatan, POPT-PHP, Babinsa, dan Babinkamtibmas. Ke depannya, bagi poktan yang mengajukan klaim AUTP apabila terjadi puso harus melakukan komunikasi dan koordinasi dengan semua pihak untuk menjamin transparansi kegiatan, sehingga benar-benar membawa manfaat, berkah, dan barokah. (Sri Astuti)
Artikel KOORDINASI DAN SOSIALISASI AUTP TAHUN 2023 DI KECAMATAN MLARAK pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel EKSPLORASI MIKROORGANISME LOKAL PLUS BERBAHAN BONGGOL PISANG DAN PGPR UNTUK PENCAPAIAN PRODUKSI YANG OPTIMAL pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Damun sebagai Petugas POPT Kecamatan Sampung menjelaskan bahwa melalui program P4 petani bisa memasyarakatkan prinsip Pengelolaan Hama Terpadu.
“Ada 4 prinsip yang harus diterapkan di tingkat petani yaitu budidaya tanaman sehat salah satunya dengan pembuatan mikroorganisme lokal, melestarikan musuh alami salah satunya dengan penanaman refugia, pengamatan mingguan untuk mengetahui data agroekosistem yang ada, serta petani mau dan mampu menjadi ahli PHT,” ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut, petani diajak membuat Mikroorganisme Lokal (MOL) Plus berbahan dasar bonggol pisang dan juga Pembuatan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). Fungsi dari MOL plus ini adalah untuk memperbaiki lingkungan fisik, biologi dan kimia tanah, sebagai biodecomposer pupuk organik, menekan perkembangan penyakit dan stimulator pertumbuhan tanaman.
Tri Harianto, salah satu pengurus dari kelompok tani Tani Makmur Desa Glinggang merasa sangat antusias dengan adanya kegiatan ini.
”Dengan adanya kegiatan P4, petani khususnya anggota kelompok mampu belajar dan praktik langsung memanfaatkan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar seperti air leri, urine sapi/kambing, bonggol pisang, akar bambu dan sebagainya yang mudah didapat untuk membuat MOL. Ini sangat bermanfaat, petani bisa menekan biaya dan harapannya memperoleh hasil produksi panen yang optimal,” ujarnya.
Adanya kegiatan ini diharapkan petani menjadi petani yang mandiri dan menguasai teknologi sederhana. Sehingga petani dapat dan mau berinovasi dalam memanfaatkan apa yang ada di alam. (Imanto-Ulfa)
Artikel EKSPLORASI MIKROORGANISME LOKAL PLUS BERBAHAN BONGGOL PISANG DAN PGPR UNTUK PENCAPAIAN PRODUKSI YANG OPTIMAL pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel PAKAI METODE UBINAN, GAPOKTAN TANI MAKMUR DESA BEDINGIN TUNJUKKAN PREDIKSI HASIL PANEN 7,3 TON/HA pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Kegiatan ubinan dilaksanakan di lahan sawah salah satu pengurus Gapoktan Tani Makmur, Syaiful Amin seluas 3.500 m2. Varietas padi yang diubin adalah varietas Ciherang dengan umur panen 95 hst. Hasil ubinan pada petak seluas 2,5 x 2,5 meter adalah 4,610 kg atau sama dengan 7,376 ton/ha.
Penyuluh Pertanian Lapang Desa Bedingin, Khoirul Anwar menyampaikan bahwa hasil ubinan MT II tahun ini lebih tinggi dibandingkan MT II tahun sebelumnya.
“Tahun sebelumnya pada MT II dengan varietas yang sama hasil ubinannya 4,1 kg dan tahun ini meningkat jadi 4,6 kg,” ujarnya.
Petani pemilik lahan, Syaiful Amin menyampaikan bahwa ia menambahkan pupuk organik cair (POC) yang diaplikasikan sejak tanaman umur 14 hst dan diulang setiap 2 minggu sekali hingga tanaman umur 8 minggu. Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Sambit, Mulijadi juga menambahkan bahwa peningkatan hasil panen tidak lepas dari pendampingan dan pembinaan dari penyuluh pertanian setempat. (rindriapraja)
Artikel PAKAI METODE UBINAN, GAPOKTAN TANI MAKMUR DESA BEDINGIN TUNJUKKAN PREDIKSI HASIL PANEN 7,3 TON/HA pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel AKSI TANGGAP GERAKAN PENGENDALIAN WERENG BATANG COKELAT DI DESA BADEGAN KEC. BADEGAN pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Kegiatan ini dilakukan untuk mengendalikan serangan hama wereng pada areal tanaman padi salah satu anggota kelompok dan mencegah serangan hama wereng agar tidak menyebar ke areal tanaman padi anggota yang lain. Selain itu, gerdal ini juga bertujuan untuk mengarahkan petani untuk melakukan pengamatan secara berkala untuk mengetahui kondisi lahannya, meningkatkan produksi padi, dan menjaga keakraban sesama anggota kelompok tani.
Wereng merupakan salah satu hama penting tanaman padi. Serangga ini adalah hama yang paling ditakuti oleh petani karena serangan hama ini dapat menyebabkan puso, sehingga petani menjadi gagal panen. Gejala yang tampak dari serangan wereng ini dapat terlihat dari daun yang menguning kemudian tanaman mengering seperti terbakar dengan cepat. Hama ini memperoleh makanan dengan cara menghisap cairan pada batang tanaman padi, sehingga tanaman menjadi kering dan kecoklatan.
Ledakan populasi hama wereng yang meluas pada areal pertanaman padi dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut antara lain musuh alami (predator, parasitoid, patogen), iklim, cara bercocok tanam padi, penggunaan pestisida, dan varietas.
“Sebaiknya jika diketahui sudah ada populasi 10-25 ekor wereng per rumpun harus segera dilakukan pengendalian”, jelas Matal, petugas POPT Kecamatan Badegan. Matal menyampaikan untuk pengendalian hawa wereng sebelum tanam adalah dengan melakukan tanam serempak, penggunaan varietas tahan, aplikasi jarak tanam jajar legowo (jarwo), penggunaan pestisida secara bijaksana, dan pengamatan berkala.
Petugas POPT dan PPL memberikan arahan kepada petani tentang persiapan dan pelaksanaan penyemprotan serta prinsip 6T (tepat dosis, cara, waktu, jenis, sasaran, dan mutu). Setelah mendapatkan arahan, Mukhid ketua Kelompok Tani beserta anggota Kelompok Tani Jajar Makmur melaksanakan penyemprotan insektisida secara bersama di lahan anggota Kelompok Tani yang terkena serangan hama wereng. Penyemprotan insektisida ini dilaksanakan pada lahan tanaman padi usia tanaman 65 hari setelah tanam (HST) dengan varietas Ciherang. (Salma)
Artikel AKSI TANGGAP GERAKAN PENGENDALIAN WERENG BATANG COKELAT DI DESA BADEGAN KEC. BADEGAN pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>