Artikel STUDI BANDING BERSAMA KTNA KECAMATAN BADEGAN DI PETERNAKAN GARUM FARM DAN BUDIDAYA IKAN ORIFISH KABUPATEN BLITAR pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Tujuan pertama yaitu di Peternakan Garum Farm yang merupakan peternakan domba. Di Garum Farm peserta mendapatkan sharing ilmu dari Yono selaku pengelola Garum Farm sejak awal didirikannya Garum Farm sampai bisa sebesar sekarang ini dengan jumlah domba sekitar 350 ekor.
Yono menyampaikan bahwa pada tahun pertama domba makan manusia, tahun kedua domba makan domba, tahun ketiga domba makan silase. “Yang artinya, pada tahun pertama merupakan masa awal dimana untuk memberi pakan pada domba masih menggunakan uang pribadi, sedangkan tahun kedua para peternak harus menjual domba untuk dapat memberi pakan domba, kemudian di tahun ketiga sampai sekarang peternak sudah bisa memproduksi silase sendiri untuk pakan ternak,” ungkapnya.
Silase merupakan pakan hijauan ternak yang diawetkan yang disimpan dalam kantong plastik, atau silo, atau drum yang kedap udara, dan sudah terjadi proses fermentasi dalam keadaan tanpa udara atau anaerob. Proses silase ini melibatkan bakteri-bakteri atau mikroba yang membentuk asam susu, yaitu Lactid Acid dan Streptococcus yang hidup secara anerob dengan derajat keasaman 4 (pH 4). Bahan pembuatan silase terdiri dari batang/daun jagung (tebon), rumput, ramban, dan tetes untuk fementasi. Bahan tersebut dicacah dan disemprotkan tetes, lalu dimasukkan dan ditutup rapat dalam tong selama 30 hari.
Tujuan selanjutnya yaitu ke Budidaya Ikan Orifish. Yogi selaku pengelola Orifish menjelaskan tips budidaya ikan Nila dengan menggunakan pakan ikan dari Bioflok. “Bioflok adalah pakan ikan yang berasal dari mikroba yang mengendap dalam air,” ujar Yogi.
Bioflok terbuat dari molase 100 ml, kapur dolomit 50 gram, garam grosok 1 kg, dan bubuk probiotik 2-3 gram setiap 1 m3 air. Cara pembuatan bioflok adalah masukkan aerasi dalam air, masukkan garam dan kapur bersamaan ke dalam air untuk membuat pH 7-8, masukkan molase, masukkan probiotik, kemudian diamkan selama 1 minggu untuk menumbuhkan Bakteri Lactobacillus. Dengan adanya Bioflok dalam kolam budidaya ikan, maka pemberian pakan cukup pada pagi dan sore hari. Bakteri ini dapat berfungsi sebagai pengurai dari kotoran ikan menjadi Bioflok sebagai sumber pakan ikan.
Dari kegiatan studi banding ini banyak dari anggota KTNA Kecamatan yang termotivasi untuk menerapkan peternakan domba ataupun budidaya ikan dengan bioflok. Sudi banding KTNA diakhiri dengan berkunjung ke Kebun Buah Belimbing Moyoketen di Tulungagung. Semoga kegiatan studi banding ini bisa memberikan manfaat pada anggota KTNA Kecamatan Badegan dan dapat disampaikan pada anggota kelompok tani masing masing. (Salma Azizah)
Artikel STUDI BANDING BERSAMA KTNA KECAMATAN BADEGAN DI PETERNAKAN GARUM FARM DAN BUDIDAYA IKAN ORIFISH KABUPATEN BLITAR pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel Forum KTNA Sebagai Ajang Bertukar Pikiran dalam Menghadapi Tantangan pada Sektor Pertanian di Wilayah Kecamatan Ngrayun pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Rubi, selaku Koordinator BPP mengatakan bahwa pertemuan KTNA kali ini menjadi spesial, karena adanya perubahan dari personil BPP Kecamatan Ngrayun. “Mas Sayogo yang memegang wilayah Desa Ngrayun dimutasikan ke Kec. Ngebel, sementara ada tambahan personil yaitu Mbak Dwi Desmilda yang nantinya akan memegang wilayah Desa Ngrayun dan Desa Wonodadi,” ujar Rubi dalam sambutan dan pembukaannya. Kegiatan berlanjut dengan Dwi Desmilda personil penyuluh pertanian Kec. Ngrayun yang baru memperkenalkan diri di hadapan petani perwakilan pengurus Gapoktan Desa di Kecamatan Ngrayun.
Setelah itu, pertemuan KTNA dilanjutkan dengan agenda penjelasan rencana program atau kegiatan pertanian dari Koordinator Penyuluh Kecamatan Ngrayun. Para petani perwakilan pengurus Gapoktan se-Kecamatan Ngrayun sangat antusias dalam mendengarkan dan menyimak berbagai rencana program dan kegiatan pertanian yang akan dilakukan di wilayah Kecamatan Ngrayun. Tak sedikit dari para perwakilan petani tersebut langsung aktif merespon dan menanyakan berbagai pertanyaan yang terkait dengan rencana-rencana tersebut.
Agenda selanjutnya pertemuan KTNA dipandu oleh Haryoko selaku ketua KTNA Kec. Ngrayun. “Rencana Program dan Kegiatan dari Pemerintah hendaknya kita sikapi dengan penuh antusias serta harus kita sesuaikan dengan potensi dan kemampuan dalam Kelompok kita masing-masing. Jangan asal ada bantuan maka langsung kita terima tanpa memperhatikan potensi dan kemampuan Kelompok Tani kita masing-masing,” ujar Haryoko.
Acara dilanjutkan dengan penyampaian atau sosialisasi dari Petugas Penyuluh Perikanan Wilayah Kecamatan Slahung dan Ngrayun, Setyawan, mengenai potensi perikanan dan pemahaman tentang usaha di bidang perikanan. Setelah menyampaikan salam dan pembukaan, Setyawan menyampaikan bahwa potensi perikanan yang ada di Wilayah Kecamatan Slahung dan Kecamatan Ngrayun ini harus lebih digali, dicermati, dan diusahakan lebih baik. Sehingga harapannya dapat memberikan nilai tambahan ekonomis bagi para petani dan keluarga tani di samping usaha pertaniannya sebagai usaha pokok. “Kelembagaan di bidang perikanan setidaknya ada 5, mulai dari KUB (Kelompok Usaha Bersama), PokDaKan (kelompok pembudidaya ikan), PokLahSar (kelompok pengolahan dan pemasaran), Kugar (Kelompok Usaha Garam Rakyat), dan PokMasWas (Kelompok Masyarakat Pengawas). Adapun pemahaman masyarakat mengenai Nelayan seringkali masih keliru. Bagi kebanyakan masyarakat Nelayan sering diartikan sebagai orang yang mencari ikan di Laut. Padahal Nelayan adalah istilah bagi seseorang yang mengusahakan mencari ikan. Tidak ada kata laut di situ, yang artinya di wilayah pegunungan, seperti Ngrayun pun, terdapat Nelayan, karena mereka adalah orang yang mencari ikan baik di perairan darat seperti yang ada di wilayah Kecamatan Ngrayun,” ujar Setyawan dalam penyampaian sosialisasi nya di hadapan para petani perwakilan pengurus Gapoktan se-Kecamatan Ngrayun.
Dalam pertemuan KTNA ini juga disampaikan beberapa usulan dan feedback dari para petani perwakilan pengurus Gapoktan se-Kecamatan Ngrayun, diantaranya adalah agar ke depannya lebih banyak prospek atau peluang kegiatan pertanian yang berbentuk kerjasama atau kerja bersama yang bisa masuk ke wilayah kecamatan Ngrayun, sehingga dapat lebih menggerakkan roda perekonomian bagi masyarakat Petani. (Arief Pandu Wahyuadi)
Artikel Forum KTNA Sebagai Ajang Bertukar Pikiran dalam Menghadapi Tantangan pada Sektor Pertanian di Wilayah Kecamatan Ngrayun pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel PERTEMUAN RUTIN GAPOKTAN KECAMATAN SEBAGAI WADAH DISKUSI DAN INFORMASI BAGI PARA PETANI pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Acara diawali dengan sambutan dari ketua Gapoktan dan dilanjutkan dengan sambutan dari Koordinator PP Kecamatan Kauman. Pertemuan kali ini membahas tentang hal yang berkaitan dengan pertanian seperti dampak cuaca El Nino pada tanaman, dosis pupuk subsidi yang terus berkurang, serta pola tanam. Suparlan selaku ketua Gapoktan dalam sambutannya menyampaikan bahwa petani harus aktif memantau tanaman di lahan dan kreatif memanfaatkan bahan yang ada di sekitar untuk diolah menjadi pupuk ataupun pestisida alami. “Jika perlu melakukan praktik langsung pembuatan pupuk atau pestisida alami di kelompok tani,” ujarnya.
Acara dilanjutkan dengan sosialisasi dari pihak Bank BPR Jatim tentang pembiayaan terurama Kredit Program Kesejahteraan Masyarakat (Prokesra). Pihak Bank BPR Jatim menyampaikan bahwa program ini juga dapat membantu pembiayaan bagi para petani yang melakukan kegiatan tanam padi ataupun tanaman lainnya yang angsurannya dapat dilakukan musiman, yaitu 4 bulanan dan 6 bulanan.
Tino selaku perwakilan dari pihak Bank BPR Jatim menjelaskan bahwa program pembiayaan yang ditawarkan oleh Bank BPR Jatim ini dimulai dari plafon Rp. 1.000.000 – Rp. 50.000.000 dimana dapat diangsur setiap bulan. “Bagi program prokesra angsuran dimulai dari plafon Rp. 10.000.000 yang dapat diangsur musiman 4 bulanan dan 6 bulanan dengan bunga yang cukup rendah, yaitu 3% per tahun dan bebas biaya administrasi,” ungkapnya.
Citra yang juga perwakilan dari BPR Jatim menambahkan bahwa selain bantuan modal usaha, BPR Jatim juga mempunyai fasilitas tabungan dan investasi aman. “Program ini berupa deposito dengan tenor waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan,” katanya.
Dalam acara tersebut juga dilakukan sesi diskusi dan juga tanya jawab dari petani. Oleh karena itu, pertemuan gapoktan ini dapat menjadi wadah diskusi dan penyampaian informasi langsung bagi para petani. (D Dwi J)
Artikel PERTEMUAN RUTIN GAPOKTAN KECAMATAN SEBAGAI WADAH DISKUSI DAN INFORMASI BAGI PARA PETANI pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel PERTEMUAN KTNA KECAMATAN JETIS SEBAGAI WADAH INFORMASI PERMODALAN PENGEMBANGAN USAHA PERTANIAN pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Hadi Suyanto, Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Jetis, dalam sambutannya mengatakan bahwa sebagai petani harus mampu memanfaatkan program pemerintah dalam kemudahan akses pembiayaan atau permodalan melalui program Kredit Prokesra. “Dengan hadirnya program ini, diharapkan petani mendapatkan penunjang dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya untuk pengembangan usaha pertanian,” ujarnya.
Dalam sosialisasi tersebut, Tino Darmawan selaku Kepala Bagian Kredit Bank BPR Jatim Wilayah Cabang Ponorogo menjelaskan bahwa Bank BPR Jatim adalah milik Provinsi Jawa Timur dan manajemennya berbeda dengan Bank Jatim. “Layanan perbankan yang diberikan Bank BPR Jatim tidak terbatas hanya dalam kemudahan akses fasilitas permodalan, namun juga tabungan. Fasilitas layanan tersebut merupakan komitmen Bank BPR Jatim dalam mendukung pengembangan usaha di bidang pertanian,” ungkapnya. Adapun permodalan yang diberikan berupa Kredit Prokesra dengan sistem bulanan, yaitu 4 bulanan atau 6 bulanan. “Plafond pinjaman ini mulai dari Rp. 10.000.000,- – Rp. 50.000.000,- dengan bunga 3% per tahun,” lanjutnya. Bunga yang diberikan cukup rendah karena merupakan subsidi dari pemerintah Provinsi Jawa Timur, melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop).
Lebih lanjut Tino Darmawan menambahkan bahwa Bank BPR Jatim akan memberikan kemudahan pencairan kredit. Semisal pengajuan dilakukan pada hari ini, maka dana akan cair paling lama 3 hari berikutnya. Karena itu, dengan adanya kemudahan sistem kredit dan rendahnya bunga per tahun, diharapkan petani bisa mengakses kredit tersebut.
Chitra Dian Z. sebagai Kepala Bagian Dana dan Pelayanan Nasabah juga menyampaikan Bank BPR Jatim mempunyai produk tabungan yang disebut dengan Tabungan Sikemas. “Tabungan ini merupakan produk baru tabungan berhadiah langsung Bank BPR Jatim yang paling digemari masyarakat. Berhadiah langsung tanpa diundi,” ujarnya. Hadiah dapat dipilih berdasarkan nominal penempatan dana dan jangka waktu yang telah ditentukan. Tabungan Sikemas memiliki suku bunga bersaing dan berlaku untuk nasabah baru perorangan dan non perorangan.
Di dalam acara tersebut juga dilakukan diskusi sehingga muncul beberapa usulan dari petani. Adapun garis besarnya adalah petani menginginkan KTNA bisa meningkatkan peran dan fungsinya sehingga terus mampu menjadi motor penggerak dan penyalur aspirasi anggota dalam perumusan kebijakan bagi peningkatan kesejahteraan petani dan dapat menjadi organisasi yang bisa membantu membangun skala usaha yang memiliki posisi tawar dan daya saing. (indah_pras)
Artikel PERTEMUAN KTNA KECAMATAN JETIS SEBAGAI WADAH INFORMASI PERMODALAN PENGEMBANGAN USAHA PERTANIAN pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel PERTEMUAN KTNA KECAMATAN NGRAYUN SEBAGAI FORUM KOMUNIKASI DAN PENYAMPAIAN ASPIRASI BAGI PETANI pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Ngrayun, Rubi dalam pembukaannya mengatakan bahwa petani harus mampu memanfaatkan layanan atau program dari Pemerintah yang mana salah satunya melalui BPJS Ketenagakerjaan berupa layanan Bukan Penerima Upah (BPU) sebagai langkah antisipasi bagi para petani untuk mendapatkan rasa aman dan tenang ketika melaksanakan kegiatan pertanian atau bekerja sehari-harinya. “Secara awam masyarakat atau petani mengetahui bahwasannya BPJS itu hanya untuk pegawai atau pekerja kantoran saja. Namun semakin berkembangnya waktu, maka Pemerintah melalui BPJS terus berupaya mengembangkan layanan sehingga dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat termasuk perlindungan bagi para petani. Maka hal ini harus bisa tersosialisasikan kepada seluruh petani dan masyarakat, khususnya di Kecamatan Ngrayun, agar dapat mengikuti dan memanfaatkan layanan tersebut,” ujarnya.
Dalam sosialisasi tersebut petugas BPJS Ketenagakerjaan KCP Ponorogo, Frida, menyampaikan bahwa ada 3 program BPJS Ketenagakerjaan yang ditawarkan, yakni jaminan kecelakaan kerja (JKK), jaminan kematian (JKM), dan jaminan hari tua (JHT). Premi JKM untuk BPJS BPU adalah Rp.6.800,- setiap bulan, premi JKK sebesar Rp.10.000,-, sedangkan iuran JHT adalah 2% dari nominal tertentu yang didasarkan pada penghasilan. Nominal kisarannya mulai dari Rp.20.000,- hingga Rp.414.000,-. Iuran dibayarkan setiap bulan paling lambat tanggal 15, dapat dilakukan secara perorangan atau melalui wadah/kelompok tertentu. “Layanan atau program ini diperuntukkan bagi pekerja yang bekerja mandiri, tidak mempunyai penghasilan tetap atau upah, serta tidak termasuk dalam kategori pekerja yang telah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Profesi yang dimaksud yakni petani, pedagang, tukang ojek, tukang bangunan, nelayan, juru parkir, buruh harian lepas, penjahit, wiraswata, dan lain-lain,” lanjutnya.
Setelah dilaksanakan sosialisasi BPJS maka agenda pertemuan rutin KTNA dilanjutkan dengan penyampaian informasi terkini dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Ngrayun kepada petani dalam hal program-program Pemerintah, informasi teknologi, kondisi pertanian di wilayah Kecamatan Ngrayun, dan lain-lain. Terjadi diskusi yang menarik karena petani perwakilan Gapoktan Kecamatan Ngrayun aktif dan antusias, serta membuka pertanyaan seputar program pertanian yang sudah dan akan berjalan. Salah satunya mengenai permasalahan sulitnya mendapatkan atau mengakses pupuk. Para petani mengaku bahwa saat ini semakin sulit mendapatkan pupuk kimia di pasaran. Selain itu, harga pupuk kimia non subsidi yang semakin mahal juga menjadi salah satu permasalahan di tingkat petani. Jatah pupuk subsidi yang diberikan pemerintah juga dirasa masih belum dapat memenuhi kebutuhan akan pupuk.
Menjawab berbagai pertanyaan tersebut, Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Ngrayun, Rubi, menyampaikan Pemerintah terus berupaya untuk mengatasi permasalahan pupuk, yang salah satunya adanya rencana bantuan dari Pemerintah Kabupaten Ponorogo untuk memberikan bantuan kepada petani, yaitu berupa pupuk NPK untuk petani gurem atau petani kecil yang memiliki lahan sawah tidak lebih dari 1 kotak. Selain itu, juga para petani didorong untuk menggunakan atau memanfaatkan pupuk organik yang bisa didapatkan dari lingkungan sekitarnya. Selain sebagai alternatif pengganti pupuk kimia, pupuk organik juga dapat memberikan manfaat yang baik bagi tanah dan tanaman dalam jangka panjang.
Dalam pertemuan KTNA ini juga disampaikan usulan dari para perwakilan petani di Ngrayun yang menginginkan adanya forum komunikasi KTNA tingkat Kabupaten yang betul-betul bisa menjadi wadah dalam berkomunikasi dan penyampaian aspirasi, tukar menukar pikiran dan informasi, serta untuk lebih bisa memperluas jejaring antar petani khususnya di tingkat Kabupaten Ponorogo. (Arief Pandu Wahyuadi)
Artikel PERTEMUAN KTNA KECAMATAN NGRAYUN SEBAGAI FORUM KOMUNIKASI DAN PENYAMPAIAN ASPIRASI BAGI PETANI pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel KTNA Sebagai Wadah Aspirasi dan Ujung Tombak Peningkatan Kesejahteraan Petani pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Salah satunya yaitu mengenai kelangkaan pupuk yang dirasakan oleh petani. Mereka mengaku bahwa saat ini semakin sulit mendapatkan pupuk kimia di pasaran. Selain itu, harga pupuk kimia non subsidi yang semakin mahal juga menjadi salah satu permasalahan di tingkat petani. Jatah pupuk subsidi yang diberikan pemerintah juga dirasa masih belum dapat memenuhi kebutuhan akan pupuk. Dalam upaya mengatasi hal tersebut, koordinator penyuluh pertanian lapang (PPL) Kecamatan Sooko, Sugeng Priyadi mendorong petani untuk menggunakan pupuk organik. “Penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi dan diganti dengan pupuk organik yang bahan bakunya memanfaatkan limbah di sekitar kita,” ujarnya. Selain sebagai alternatif pengganti pupuk kimia, pupuk organik juga dirasa dapat memberikan manfaat yang baik bagi tanah dan pertanaman dalam jangka panjang.
Selain masalah pupuk, dalam pertemuan rutin tersebut juga dibahas mengenai program kerjasama Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo dengan PT. Agrofarm dan Corteva terkait pembenihan jagung. Meski belum ada sosialisasi resmi dari pihak yang bersangkutan, tetapi Sugeng Priyadi selaku koordinator PPL Kecamatan Sooko sudah menyampaikan bahwa perwakilan Kelompok Tani (Poktan) bisa mengusulkan anggotanya jika ada yang berminat menjalin kerjasama tersebut. “Bisa diusulkan melalui Ketua atau pewakilan Poktan jika memang ada petani yang berminat,” ujarnya.
Dalam pertemuan ini juga dibahas mengenai beberapa usulan dari anggota dan pengurus KTNA seperti bantuan benih jagung dan pengadaan kegiatan studi tiru. Mereka berharap bahwa dengan adanya kegiatan studi tiru nantinya akan dapat menambah pengetahuan dalam bidang pertanian. Selain itu, hasil dari kegiatan studi tiru itu nanti diharapkan dapat disebarluaskan dan dipraktekkan kepada anggota Kelompok Tani masing-masing. (Yossi Putri)
Artikel KTNA Sebagai Wadah Aspirasi dan Ujung Tombak Peningkatan Kesejahteraan Petani pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel SOSIALISASI BPJS KETENAGAKERJAAN BUKAN PENERIMA UPAH (BPU) DI PERTEMUAN KTNA KECAMATAN SIMAN pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Pertemuan KTNA sekaligus sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan dimulai pada pukul 09.00 sampai dengan 12.30 WIB bertempat di rumah Maria yang terletak Desa Siman. Acara dimulai dengan sambutan dari Ketua KTNA Kecamatan Siman dan Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Siman kemudian dilanjut dengan sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan oleh petugas BPJS Ketenagakerjaan KCP Ponorogo.
Dalam sosialisasi tersebut disampaikan bahwa terdapat program BPJS Ketenagakerjaan BPU. Program ini diperuntukkan bagi pekerja yang bekerja mandiri, tidak mempunyai penghasilan tetap atau upah, serta tidak termasuk dalam kategori pekerja yang telah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Profesi yang dimaksud yakni petani, pedagang, tukang ojek, tukang bangunan, nelayan, juru parkir, buruh harian lepas, penjahit, wiraswata, dan lain-lain. Ada 3 program BPJS Ketenagakerjaan yang ditawarkan, yakni jaminan kecelakaan kerja (JKK), jaminan kematian (JKM), dan jaminan hari tua (JHT).
Premi JKM untuk BPJS BPU adalah Rp.6.800,- setiap bulan, premi JKK sebesar Rp.10.000,- sedangkan iuran JHT adalah 2% dari nominal tertentu yang didasarkan pada penghasilan. Nominal kisarannya mulai dari Rp.20.000,- hingga Rp.414.000,-. Iuran dibayarkan setiap bulan paling lambat tanggal 15, dapat dilakukan secara perorangan atau melalui wadah/kelompok tertentu.
Pelaksanaan sosialisasi ini berjalan dengan lancar, para peserta cukup antusias mengikuti acara hingga selesai. Cukup banyak petani yang mengaku tertarik dengan program BPJS Ketenagakerjaan BPU yang ditawarkan dan berkeinginan untuk mendaftar, salah satunya Munsiel. “Saya tertarik untuk daftar BPJS Ketenagakerjaan BPU, Bu. Supaya saya punya jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan masa tua sendiri,” ujarnya.
Dengan adanya program BPJS Ketenagakerjaan BPU ini, semoga dapat melindungi dan meningkatkan kesejahteraan petani atas dampak dari risiko sosial ekonomi yang ditimbulkan akibat musibah kecelakaan kerja atau meninggal dunia. (Linda Luvi)
Artikel SOSIALISASI BPJS KETENAGAKERJAAN BUKAN PENERIMA UPAH (BPU) DI PERTEMUAN KTNA KECAMATAN SIMAN pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel KTNA KECAMATAN MLARAK STUDI PENGALAMAN KE EL FARM YANG SUKSES KEMBANGKAN PETERNAKAN KAMBING MENJADI WISATA EDUKASI pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Kegiatan studi pengalaman KTNA Kecamatan Mlarak ini dipimpin langsung oleh Ketua KTNA Kecamatan Mlarak Bahroni, ikut serta Koordinator PPL Kecamatan Mlarak Sudjono, Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) se-Kecamatan Mlarak, seluruh anggota KTNA Kecamatan Mlarak dan Ketua Gapoktan se-Kecamatan Mlarak.
Mengawali kegiatan, dalam sambutannya Koordinator PPL Kecamatan Mlarak Sudjono, mengucapkan Kulo Nuwun, memperkenalkan stakeholder terkait yang ikut serta bersama rombongan. Lebih lanjut beliau mengatakan maksud dan tujuan studi pengalaman ke El Farm untuk Ngangsu Kawruh belajar terkait dengan keberhasilan P4S El Farm dalam mengembangkan peternakan kambing menjadi wisata edukasi.
“Mengingat potensi ternak kambing di Kecamatan Mlarak sangatlah besar, beliau juga berharap studi pengalaman ini dapat memberikan manfaat yang besar pula bagi peserta rombongan ke depan,” imbuhnya.
Owner El Farm Sudarmaji Gojis menyambut baik maksud dan tujuan KTNA Kecamatan Mlarak dan mengucapkan selamat datang untuk peserta rombongan studi pengalaman. Beliau berharap dengan adanya studi pengalaman ini nantinya bisa bertukar pikiran, belajar bersama terkait dengan pengembangan peternakan kambing menjadi wisata edukasi.
Meski latar belakangnya ilmu teknik sipil, namun kini Sudarmaji yang akrab disapa Gojis bisa disebut sebagai peternak kambing yang sukses, di kampung kelahirannya daerah Kunden, Kelurahan Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman. Padahal pria alumnus FNT Jurusaan Teknik Sipil UGM angkatan 1992 tersebut baru memulai bisnisnya beternak kambing lima tahun yang lalu. Namun dengan perjuangannya yang gigih dan pantang menyerah, akhirnya dalam waktu yang terhitung singkat usahanya berbuah hasil manis.
Sebenarnya dunia Gojis tidak jauh dari dunia konstruksi. Sejak di bangku kuliah ia sangat menyukai ilmu yang dipelajarinya. Bahkan begitu diwisuda pada tahun 1996, ia langsung merantau ke Jakarta dan diterima bekerja di Grup Ciputra. Namun pada tahun 2012 ia memutuskan balik ke kampung halaman, karena sejak awal merantau dulu sudah merencanakan sebelum usia 40 tahun sudah harus balik Jogja dan hidup mandiri. Untuk menyambung hidupnya ia memulai usaha kontraktor kecil-kecilan, dengan modal tabungannya selama bekerja di Jakarta.
Beberapa tahun kemudian Gojis mulai terlibat dengan kelompok warga di desanya yang beternak kambing. Lama-lama ia sendiri ingin juga memelihara kambing secara serius, namun kendalanya saat itu ia belum punya kandang sendiri. Lalu ia juga berpikir mengenai kebutuhan pakan basah berupa rumput segar yang tidak gampang diperoleh.
Gojis kemudian sering main dan banyak belajar kepada para peternak kambing di seputaran Yogyakarta. Kesimpulannya memelihara kambing itu tidak sulit. Ia juga jadi tahu ada solusi pakan kering untuk substitusi pakan basah yang susah diperoleh, yaitu kangkung kering bisa dibeli dari wilayah Jawa Timur dan kulit kacang ijo kering dari Grobogan.
Setelah ilmunya dirasa cukup pada tanggal 8 Oktober 2017 pembangunan tahap pertama kandang dimulai, di lahan 1000 m2 milik kakak Gojis tepat di depan rumahnya yang disewanya. Kapasitas kandang sebenarnya cukup untuk 100 kambing tapi karena permasalahan modal akhirnya diisi 10 kambing dulu. Sejak awal Gojis memang ingin beternak kambing secara non konvensional, sehingga kandangnya dibikin modern. Listriknya menggunakan tenaga surya, karya Dhims Rudy warga Kagama juga. Instalasinya memakai 8 panel dan 6 accu, menghasilkan daya listrik 1500 watt yang mampu mencukupi kebutuhan listrik sehari-sehari. Suatu terobosan yang sangat menghemat pengeluaran biaya operasional kandang.
Pelan-pelan Gojis mengembangkan perusahaan peternakannya yang diberi nama eL Farm dengan visi dan misi “Menjadikan el Farm sebagai magnet peternakan modern di Sleman Timur”. Dari hanya 10 kambing lama-lama berkembang menjadi ratusan. Dengan kandang yang tak mampu lagi menampung jumlah kambing yang ada, perluasan kandang dilakukan secara vertikal atau dibikin bertingkat. Ketika itu tetap tidak mencukupi juga, Gojis menyewa tanah saudaranya seluas 400 m2 yang mana lokasinya tidak jauh dari tempat kandang satunya ke arah Utara. Kini Gojis mempunyai 2 lokasi peternakan dengan kandang kapasitas 600 kambing dan berisi sekitar 400-an kambing dewasa maupun anakan.
Dari 400-an kambing yang dimiliki Gojis tersebut terdiri dari bermacam-macam jenis. Untuk jenis kambing ada Jawa Randu, PE (Peranakan Etawah) dan Sapera (persilangan antara kambing Saanen dan PE). Selain itu ada jenis domba juga semisal domba Garut dan Merino. Menurut Gojis merawat kambing itu gampang termasuk merawat kesehatannya. Ia dan anak buahnya mampu menyuntik sendiri untuk mengobati cacing, anti parasit, dan kadang-kadang anti biotik. Untuk faktor kendalanya nyaris tidak ada, kecuali untuk pengadaan anakan kambing yang sementara ini belum mencukupi dan harus mendatangkan dari daerah Jawa Barat.
Bisnis Gojis lewat EL Farm sekarang ini meliputi penggemukan kambing untuk diambil dagingnya. Pelanggannya yang rutin adalah rumah jagal dan warung-warung sate. Kalau yang sifatnya insidentil konsumen membeli kambingnya untuk aqiqah dan korban.
Selain usaha penggemukan Gojis juga melakukan breeding dan milking. Untuk breeding / pembibitan ia menjual cempe atau anakan kambing, sedangkan untuk milking adalah menjual susu kambing yang sudah diperah. Selain itu ada produk sampingan yang sanggup mendulang pundi-pundi uang juga, yaitu menjual limbah kotoran kambing yang diolah jadi pupuk kandang.
Gojis memang suka berpikir out of the box. Melihat kondisi kandangnya yang bagus dan bersih, serta lingkungannya dikelilingi pertanian yang subur, ia menemukan ide baru yang inovatif. Ia membuka wisata edukasi untuk anak-anak PAUD dan SD. Anak-anak kecil tersebut diajari pengenalan pertanian dan peternakan, seperti bagaimana memberi makan ternak, memberi susu buat bayi kambing, melihat pemerahan susu serta pencukuran bulu domba, dll. Ternyata banyak lembaga pendidikan yang tertarik untuk membawa anak didiknya ke peternakan Gojis.
Gojis sangat bersyukur atas apa yang sudah diperolehnya selama ini. Ia sadar bahwa di dalam rejeki yang didapatnya ada hak orang lain. Pada tanggal 21 September 2020 ia membuka angkringan di dekat rumahnya yang diberi nama “Ngangkring Jon”. Intinya untuk memberi kegiatan ketiga keponakannya yang selama pandemi tidak bisa sekolah dan kuliah. Lalu lauk pauk dan cemilan yang dijual di angkringannya hampir semua adalah titipan dari warga sekitar. Jadi ada unsur pemberdayaan masyarakat di sini.
Kemudian pada setiap hari Jumat, angkringannya mengadakan program Jumat Berkah yaitu sebuah upaya untuk sekedar meringankan beban sesama. Jadi pada hari Jumat seluruh karyawan EL Farm bebas makan apapun tanpa perlu membayar. Kemudian juga menyediakan secara gratisan nasi kucing sebanyak 50 bungkus plus minuman teh atau es teh buat siapa saja yang mau.
Gojis juga merasa bahwa ilmu yang didapatnya saat awal ia memulai usahanya dulu prosesnya nyaris tanpa mengeluarkan biaya. Karena itu setelah suksespun ia juga murah hati untuk berbagi ilmu. Apabila ada yang pingin belajar beternak kambing dengan senang hati Gojis akan mengajarinya. Selain melakukan konsultasi informal, Gojis juga membuka diri untuk melakukan kerja sama dengan mereka yang ingin melakukan investasi. Pesan Gojis buat kawan-kawan semua, jangan takut untuk memulai sebuah usaha apapun dan jangan takut gagal. Kuncinya ada pada mau bekerja keras, tekun, dan pantang menyerah.
Di akhir kegiatan Gojis juga mempersilahkan peserta studi pengalaman untuk mengcopy terkait dengan teknologi budidaya kambing dan manajemen tata kelola peternakan kambing El Farm yang nantinya bisa diadopsi kemudian diterapkan di wilayahnya.
Ketua KTNA Kecamatan Mlarak Bahroni setelah melihat secara langsung peternakan yang ada di El Farm, mengucap syukur.
“Alhamdulillah dengan adanya studi pengalaman tersebut sangat bermanfaat sekali bagi penambahan pengetahuan dan pengalaman yang terkait budidaya kambing dan manajemen tata kelolanya,” ucapnya. Ucapan terima kasih juga beliau sampaikan dan harapannya semoga hasil studi pengalaman ini bisa menjadi sumber inspirasi dan dapat diterapkan setibanya di wilayah masing-masing, syukur bisa bekerjasama dengan El Farm kedepannya. (Sri Astuti)
Artikel KTNA KECAMATAN MLARAK STUDI PENGALAMAN KE EL FARM YANG SUKSES KEMBANGKAN PETERNAKAN KAMBING MENJADI WISATA EDUKASI pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel Pertemuan Rutin KTNA Kecamatan Mlarak sebagai Wahana Merumuskan Solusi Terbaik dari Berbagai Permasalahan yang Dihadapi Petani pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Dalam sambutan, Ketua KTNA untuk mendukung program pemerintah dalam menciptakan swasembada pangan nasional, tidak bisa hanya mengandalkan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dipertahankan) Kabupaten Ponorogo saja, tetapi butuh peran dari berbagai pihak untuk merealisasikan program tersebut.
Salah satunya adalah dukungan dari KTNA serta para Penyuluh Pertanian Swadaya (PPS). Lebih lanjut disampaikan permohonan maaf terkait dengan Rencana Kerja KTNA yang selama ini belum dapat terealisasi. Akan ada evaluasi terkait dengan hal tersebut dan dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk merealisasikannya.
Pada kesempatan tersebut Kepala Desa Kaponan Kecamatan Mlarak, Marwandi mengharapkan pelaksanaan Pertemuan Rutin KTNA agar selalu dinamis dan siap di depan membantu petani, serta meningkatkan koordinasi kepada pemerintah.
“Juga diharapkan KTNA selalu kompak, karena dengan adanya kekompakan akan menjadikan suatu kelompok dapat berjalan dengan baik, kuat menghadapi berbagai persoalan dan mudah dalam mencapai tujuan,” harapnya.
“Penting bagi para petani terdaftar dalam kelompok tani, karena selain para petani dapat bersama-sama memecahkan permasalahan yang antara lain berupa pemenuhan sarana produksi pertanian, masalah teknis produksi dan pemasaran hasil juga untuk memperoleh bantuan dari pemerintah dan pupuk subsidi harus melalui kelompok tani,” lanjutnya.
“Para petani harus menggunakan potensi alam untuk dapat memaksimalkan produksi dan produktivitas hasil pertanian,” ujarnya.
Sambutan Koordinator PPL Kecamatan Mlarak, Sudjono menyatakan untuk kegiatan pendampingan ini, KTNA bisa bekerja sama dengan penyuluh pertanian dan penyuluh swadaya.
“Dengan pendampingan tersebut KTNA akan bisa memberikan masukan terkait kondisi riil yang ada di lapangan. Dengan demikian jika ada persoalan bisa diselesaikan dengan cepat dan dicarikan solusi terbaiknya,” ucapnya.
“Rembug KTNA sebagai forum tertinggi musyawarah anggota dalam menentukan pimpinan kelompok tani untuk menjalankan fungsi KTNA Kabupaten Ponorogo sebagai organisasi yang bersifat independen di tengah-tengah masyarakat. Sesuai aturan perundang-undangan tentang penyuluhan KTNA bahwa gabungan kelompok tani (Gapoktan) difasilitasi dan diberdayakan oleh pemerintah daerah agar tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang kuat dan mandiri sehingga mampu mencapai tujuan,” terangnya.
“Kegiatan ini dapat menciptakan peran KTNA Kecamatan Mlarak dalam mendukung pembangunan pertanian sebagai pilar utama dalam pembangunan ekonomi di Kecamatan Mlarak, serta dapat mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi petani dalam meningkatkan produksi pertanian,” lanjutnya.
“Selama ini, tugas yang dilakukan KTNA bersinggungan langsung dengan petani dilapangan. Dengan demikian, mereka bisa lebih cepat menyampaikan informasi dari petani kepada pemerintah melalui Dipertahankan Kabupaten Ponorogo, KTNA diharapkan dapat memberikan beragam masukan tentang kekurangan pada masalah pertanian. Seperti soal irigasi, penyaluran pupuk atau bantuan sarana dan prasarana pertanian yang dibutuhkan petani,” jelasnya.
“Tantangan yang kita hadapi ini memang cukup berat. Meski demikian, dengan kerja sama yang baik maka program swasembada pangan ini akan berhasil dan kesejahteraan petani bisa terwujud,” pungkasnya.
Acara Pertemuan Rutin KTNA Kecamatan Mlarak yang menjadi agenda rutin bulanan sebagai wahana untuk merumuskan solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi petani di wilayah Kecamatan Mlarak. KTNA sebagai mitra pemerintah harus berperan dalam kegiatan pendampingan kelompok tani dan gapoktan. Dengan demikian, nantinya akan menuju ke arah kelembagaan petani yang kuat, mandiri dan modern. (Sri Astuti)
Artikel Pertemuan Rutin KTNA Kecamatan Mlarak sebagai Wahana Merumuskan Solusi Terbaik dari Berbagai Permasalahan yang Dihadapi Petani pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel KTNA KECAMATAN SIMAN GELAR STUDI BANDING KE KABUPATEN MALANG pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Kunjungan pertama dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB di Flora Wisata San Terra Delaponte yang berlokasi di Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. San Terra Delaponte menyediakan taman bunga dengan berbagai macam jenis bunga berwarna-warni serta spot foto yang menarik. Peserta studi banding dapat belajar bagaimana mengembangkan pertanian ke arah agrowisata.
Tujuan yang kedua yakni ke lahan demonstrasi pembenihan jagung milik PT. Syngenta yang terletak tidak jauh dari lokasi tujuan yang pertama. Di lahan demonstrasi tersebut dibudidayakan benih jagung NK Naga yang merupakan varietas baru produk dari PT. Syngenta. Di Kecamatan Siman sendiri juga terdapat lahan demonstrasi plot jagung varietas NK Naga yang berlokasi di Desa Ronosentanan. Dengan adanya studi banding ke lahan demonstrasi ini diharapkan dapat membandingkan dan mempelajari teknik budidaya jagung NK Naga yang baik agar memberikan hasil yang optimal. Sungkono, salah satu petani dari Kecamatan Siman menyampaikan bahwa dirinya tertarik untuk mencoba membudidayakan NK Naga setelah mengunjungi lahan demonstrasi jagung di Kecamatan Pujon. “Saya akan menanam jagung NK Naga di lahan sawah saya musim tanam MK-II nanti,” ujarnya.
Selanjutnya, tujuan yang terakhir adalah Café Sawah yang berlokasi di Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Di Café Sawah terdapat usaha tani yang berbasis integrated farming yakni terdapat lahan budidaya tanaman hortikultura yang diintegrasikan dengan peternakan bebek dan angsa, kolam ikan, dan tempat wisata berbasis agribisnis. Maryono salah satu pengurus KTNA Kec. Siman mengungkapkan bahwa studi banding ini dapat memotivasi pelaku utama yakni petani agar dapat menerapkan integrated farming dan membuat wisata berbasis agribisnis yang modern dan berkelanjutan. “Integrated farming dan wisata pertanian dapat meningkatkan penghasilan petani,” tuturnya.
Seluruh peserta studi banding dan wisata yang diadakan KTNA Kecamatan Siman sangat antusias selama kegiatan berlangsung. Mereka tertarik untuk menerapkan ilmu yang didapat selama studi banding saat kembali ke Ponorogo nanti. Mereka juga berharap kegiatan semacam ini rutin dilakukan agar dapat menambah wawasan bagi para petani. (Linda L. N.)
Artikel KTNA KECAMATAN SIMAN GELAR STUDI BANDING KE KABUPATEN MALANG pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>