Artikel TINGKATKAN SWADAYA PUPUK DI KALANGAN PETANI, BPP NGEBEL LAKSANAKAN PELATIHAN TEMATIK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PLUS pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Pelatihan pembuatan pupuk organik plus dimulai pukul 08.00 WIB, diawali dengan sambutan Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Ngebel, Hery Maryanto. Hery menyampaikan urgensi produksi pupuk secara mandiri di masa keterbatasan pupuk yang dirasakan petani saat ini. “Sebagai salah satu contoh pupuk dengan kandungan yang cukup kompleks. Besar harapan saya semua desa dapat mengadopsi inovasi ini sehingga dapat merasakan manfaatnya serta dapat mencukupi kebutuhan pupuk yang selama ini terus menjadi isu penting,” ujarnya.
Ika Niscahyani juga menambahkan dalam sambutannya bahwa ke depannya besar kemungkinan terjadi pembatasan pupuk bersubsidi sehingga petani harus bisa menghasilkan pupuk secara swadaya. “Kegiatan ini sudah sangat sesuai dengan potensi yang dimiliki Kecamatan Ngebel dan saya harap bisa semakin menyebar agar pupuk organik plus menjadi ciri khas yang dimiliki Kecamatan Ngebel. Selain itu, pupuk organik plus dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk bersubsidi di kemudian hari,” ungkapnya.
Endang Sriningsih selaku Koordinator Penyuluh Pertanian Kabupaten Ponorogo juga memberikan sambutan yang berisi dukungan terhadap kegiatan yang sedang berjalan. ”Dengan melihat potensi tanaman yang ada di Kecamatan Ngebel yang didominasi oleh tanaman hortikultura, pupuk ini sangat sesuai karena bahan-bahannya yang ramah lingkungan serta manfaatnya yang sangat beragam,” imbuhnya.
Pembuatan pupuk organik plus diawali dengan penyampain materi oleh Dakimul Manar selaku narasumber sekaligus penyuluh pertanian Kecamatan Ngebel. Dalam pemaparannya, Dakim menyampaikan pengertian pupuk organik plus, kelebihan aplikasi pupuk organik plus, pengenalan alat bahan, dan teknis pembuatan pupuk organik plus.
‘”Pupuk organik plus merupakan perpaduan antara pupuk kandang, Agens Pengendali Hayati (APH), dan Metabolit sekunder sehingga memiliki kelebihan dibanding pupuk organik pada umumnya yang kemudian disebut Plus,” paparnya. Pupuk organik plus memiliki kandungan unsur yang sangat kompleks karena terdapat bahan tambahan seperti PGPR, 4 jenis APH, metabolit sekunder, signaling, serta unsur hara makro dan mikro. Alat dan bahan yang digunakan diantaranya:
Alat:
Bahan:
Kegiatan dilanjutkan dengan praktik pembuatan pupuk organik plus. Beberapa tahapan pembuatan pupuk diantaranya:
Narasumber juga menyampaikan ciri-ciri keberhasilan pupuk organik plus, dimana pupuk tidak akan menimbulkan bau menyengat, suhu relatif stabil, warna menyerupai tanah, terdapat serangga tanah, dan tidak ada ulat tanah di dalam pupuk. “Jika suhu pupuk hangat atau cenderung panas maka akan mengundang ulat tanah yang merupakan OPT sehingga besar kemungkinan fermentasi pupuk akan gagal,” tambahnya.
Antusiasme peserta tematik terlihat terutama di akhir kegiatan. Beberapa petani bertanya terkait asal-muasal bahan-bahan yang digunakan, peran dan fungsinya dalam pupuk organik, hingga manfaat yang telah diperoleh oleh pengguna pupuk tersebut. Beberapa petani bahkan mengharapkan praktik serupa di kelompok tani lainnya agar lebih banyak petani yang mengetahui manfaat dan kegunaan masing-masing bahan yang terkandung dalam pupuk tersebut. (Qurota A’yun)
Artikel TINGKATKAN SWADAYA PUPUK DI KALANGAN PETANI, BPP NGEBEL LAKSANAKAN PELATIHAN TEMATIK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PLUS pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel PELATIHAN TEMATIK PEMBUATAN BIOSAKA MENGANGKAT POTENSI ALAM NUSANTARA UNTUK MENINGKATAKAN PRODUKTIFITAS HASIL PERTANIAN BPP KEC. PULUNG pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Pelatihan tematik dimulai pada pukul 08.30 WIB, dimoderatori oleh Sri Winarti yang kemudian mempersilahkan Ika Niscahyani selaku Kabid Penyuluhan untuk memberikan sambutan pembuka. Dalam sambutannya, Ika menyampaikan bahwa penting untuk menjaga ekosistem dan menjaga potensi alam yang ada. Diantaranya dengan cara menggunakan kekayaan alam secara bijak dan memanfaatkannya secara baik. “Selain itu, juga penting untuk meningkatkan kesadaran petani pada keamanan pangan dan kesehatan,” lanjutnya.
Endang Sriningsih selaku Koordinator Kabupaten juga memberikan sambutan bahwa ada tiga hal yang melatarbelakangi pemilihan tema pada pelatihan, yakni mengangkat potensi alam yang ada di sekitar, berdasarkan kebutuhan petani, dan permasalahan yang ada di petani wilayah binaan. Biosaka merupakan program di Kementerian Pertanian, berasal dari alam dan sudah dipraktekkan di tingkat Kelompok Tani. “Biosaka sebagai salah satu solusi untuk menjawab menurunnya jumlah pupuk bersubsidi yang diperoleh petani, dan semakin meningkatnya biaya produksi pertanian,” tambahnya.
Narasumber pada pelatihan tematik ini adalah Agung SHW, Koordinator PP Kecamatan Pulung. Skema pelatihan tematik kali ini dibagi menjadi 2 sesi, sesi penyampaian materi dan praktek. Pada sesi pertama, narasumber memaparkan materi biosaka di ruangan. Setelah itu, pada sesi kedua para peserta pelatihan diajak untuk praktek secara langsung membuat Biosaka.
“BIOSAKA berasal dari kata Bio, yang artinya tumbuhan/ragam hayati, dan SAKA, yang artinya Selamatkan Alam Kembali ke Alam,” papar Agung. Agung pun meneruskan ilmu dari Anshar, penemu biosaka, bahwa tidak ada keahlian khusus dalam membuat biosaka. Kualitas biosaka dipengaruhi oleh seseorang yang membuat biosaka berdasarkan pada jam terbang/pengalaman membuat biosaka. Pemilihan bahan pembuatan biosaka membutuhkan ketelitian dalam pengamatannya. Semakin ekstrim tempat tumbuh tanaman bahan biosaka, maka semakin baik kualitasnya. Sikap hati dan pikiran orang yang membuat biosaka juga sangat mempengaruhi hasilnya. Hal ini karena melibatkan epigenetic (ekspresi gen/potensial sel), yang merupakan potensi sel terbaik manusia.
Biosaka diramu dari berbagai jenis rumput-rumputan/tanaman. Menurut penemunya, Muhamad Ansar, minimal 5 jenis tanaman sebanyak satu genggaman tangan. Tanaman yang digunakan lebih banyak memanfaatkan tanaman yang ada di sekitar areal sawah/ladang. Tidak jarang tanaman yang digunakan tersebut oleh sebagian besar petani dianggap sebagai gulma yang harus dibersihkan/tidak bermanfaat. Tanaman tersebut tumbuh di pematang, pekarangan rumah, lahan yang terlantar, dan apabila sudah dibersihkan tanaman tersebut tetap kembali ada di lokasi tersebut.
Keunggulan Biosaka diantaranya adalah:
Pada sesi praktek, peserta diajak untuk mengumpulkan bahan terlebih dahulu. Bahan dipilih dari bahan rumput dan daun liar yang sehat, segar, tidak terserang hama dan penyakit yang ada di lapangan. Bahan dipilih langsung oleh petani didampingi oleh moderator dan narasumber. Adapun cara membuatnya adalah:
Pada praktek kali ini narasumber juga memerikasa homogenitas hasil praktek Biosaka. Biosaka yang baru dibuat bisa memiliki homogenitas yang tinggi yaitu pH sekitar 7 atau lebih dan nilai TDS sangat tegantung dengan jumlah bahan dan cara peremasan. Pada praktek biosaka kali ini didapatkan nilai TDS antara 150-220 pada keempat hasil praktek biosaka.
Setelah kegiatan ini, peserta diharapkan dapat menularkan ilmunya ke petani sekitar. Semakin banyak yg membuat biosaka, tentunya akan semakin mantap pula petani dalam menggunakan biosaka. (Farida)
Artikel PELATIHAN TEMATIK PEMBUATAN BIOSAKA MENGANGKAT POTENSI ALAM NUSANTARA UNTUK MENINGKATAKAN PRODUKTIFITAS HASIL PERTANIAN BPP KEC. PULUNG pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel Undang Perwakilan KWT dan Poktan, BPP Jambon Adakan Bimtek Tematik Bertemakan Intensifikasi Lahan Pekarangan di Era El Nino pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Dalam kegiatan ini turut hadir pula perwakilan dari Bidang Penyuluhan untuk menyapa peserta yang hadir. Novia Vrisnainila Noer selaku perwakilan dari Bidang Penyuluhan menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat bagus karena sesuai dengan kebutuhan petani. Diharapkan peserta dapat mengimplementasikan hasil bimbingan teknis yang telah diadakan ini dengan baik di rumah. “Bapak dan Ibu sekalian, berhasil atau tidaknya kegiatan ini bukan dilihat saat kegiatan ini berlangsung, tapi dilihat nanti apakah setelah pulang dari sini, Bapak Ibu sekalian menerapkan ilmu yang didapatkan atau tidak,” tutur Bu Novi.
Kegiatan bimbingan teknis ini dilakukan in class dan out class. Sebelumnya peserta diberikan materi dan pengarahan terkait intensifikasi lahan pekarangan oleh salah satu penyuluh BPP Jambon, yakni Happy Farida Agustina. Di dalam kelas peserta diberikan waktu untuk tanya jawab terkait materi yang diberikan. Setelah materi dan pengarahan di kelas selesai, kegiatan dilanjutkan dengan praktek langsung di luar ruangan dan peserta diberikan kesempatan untuk turun tangan langsung mulai dari pembuatan media tanam, penanaman bibit sayuran, dan penataan di dalam greenhouse.
Di akhir kegiatan, Sofran Setiabudi selaku Koordinator BPP Kecamatan Jambon menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini juga dapat dijadikan sebagai momen silaturahmi antar petani di wilayah Kecamatan Jambon. Selain itu, beliau juga menyampaikan bahwa kegiatan ini akan lebih baik jika berkelanjutan. Dimana selain mengimplementasikan hasil kegiatan di rumah, petani juga turut serta melakukan perawatan secara berkala tanaman yang telah ditanam di BPP sebagai bentuk kontinyuitas dari kegiatan ini. “Jika memungkinkan, saya berharap ada penjadwalan untuk melakukan perawatan tanaman kita tadi,” ungkapnya. (yhltrwln)
Artikel Undang Perwakilan KWT dan Poktan, BPP Jambon Adakan Bimtek Tematik Bertemakan Intensifikasi Lahan Pekarangan di Era El Nino pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel PELATIHAN TEMATIK PEMBUATAN ROTAN (RAMUAN ORGANIK UNTUK TANAMAN) DAN BOKASHI BPP KEC. JENANGAN pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Pelatihan tematik dimulai pada pukul 08.30 WIB, dimoderatori oleh Niken Ayu Riza Rohmah, yang kemudian mempersilahkan Koordinator BPP Kecamatan Jenangan, Surono, untuk memberikan sambutan pembuka. Dalam sambutannya, Surono menyampaikan bahwa pemilihan tema, yakni pembuatan rotan dan bokashi, dilatarbelakangi oleh beberapa permasalah yang dihadapi oleh petani. “Permasalahan itu diantaranya: jumlah pupuk bersubsidi yang diperoleh petani semakin berkurang, semakin meningkatnya biaya produksi pertanian (mahalnya pupuk non-subsidi dan pestisida) dan menurunnya kesuburan tanah,” ujarnya.
Skema pelatihan tematik kali ini dibagi menjadi 2 sesi, sesi materi ruang dan praktek. Pada sesi pertama, narasumber memaparkan materi pembuatan rotan dan bokashi dalam bentuk ppt. Setelah itu, pada sesi kedua para peserta pelatihan diajak untuk praktek secara langsung membuat rotan (ramuan organik untuk tanaman) dan bokashi dengan bahan-bahan yang telah disiapkan oleh masing-masing pemateri.
Dalam pelatihan tematik ini diisi oleh 2 orang pemateri, yaitu: Suluh Agung Prabowo dan Rohmad. Keduanya merupakan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) di Kecamatan Jenangan, sehingga 2 materi yang disampaikan pada pelatihan tematik adalah materi pilihan yang dibutuhkan oleh para petani di Kecamatan Jenangan. Pada sesi materi ruang, Suluh menyampaikan seputar pembuatan rotan (ramuan organik untuk tanaman), sedangkan Rohmad menyampaikan seputar pembuatan bokashi. Kedua pemateri menyampaikan secara lengkap materi yang disampaikan masing-masing, mulai bahan-bahan dan peralatan, cara membuat hingga cara aplikasi rotan dan bokashi.
Langkah-langkah untuk membuat rotan (ramuan organik untuk tanaman) yang dijelaskan oleh Suluh dalam pelatihan tematik ini, yaitu sebagai berikut:
Sementara itu, langkah-langkah untuk membuat bokashi yang dijelaskan oleh Rohmad dalam pelatihan tematik ini, yaitu sebagai berikut:
Setelah pemberian materi usai, dilanjutkan praktik bersama pembuatan rotan (ramuan oranik untuk tanaman) dan bokashi. Kegiatan praktik berlangsung dengan penuh semangat dan antusias peserta untuk ikut berpartisipasi dalam praktek pembuatan rotan dan bokashi. Hal ini menandakan pelaksanakan Pelatihan Tematik pada waktu itu berjalan dengan lancar hingga rangakaian acara usai pada siang hari, pukul 12.30 WIB. (Suluh A. P.)
Artikel PELATIHAN TEMATIK PEMBUATAN ROTAN (RAMUAN ORGANIK UNTUK TANAMAN) DAN BOKASHI BPP KEC. JENANGAN pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel BPP KECAMATAN KAUMAN ADAKAN PELATIHAN TEMATIK PEMBUATAN PESTISIDA NABATI pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan dari Bidang Penyuluhan Dipertahankan Ponorogo, Koordinator PP Kecamatan Kauman beserta PPL, dan perwakilan petani dari tiap desa di Kecamatan Kauman. Acara dimulai dengan sambutan dari Ika Niscahyani dan Endang Sriningsih dari Bidang Penyuluhan. “Semoga dengan diadakannya pelatihan tematik ini, petani lebih antusias untuk mau membuat langsung atau mempraktikkan pembuatan pestisda nabati dan mengaplikasikan di lahan, serta dapat bermanfaat bagi para petani,” ujar Ika Niscahyani.
Acara dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Pudjo Utomo selaku Koordinator PP Kecamatan Kuaman serta praktik langsung pembuatan pestisida nabati yang dilakukan oleh para petani. Pudjo Utomo menjelaskan bahwa petani saat ini banyak yang bergantung pada pemakaian bahan kimia pada tanaman. “Sehingga diperlukan kreativitas pembuatan pestisida nabati yang lebih aman dan mudah dibuat oleh petani,” lanjutnya.
Bahan yang digunakan untuk membuat pestisida nabati ini yaitu umbi gadung, daun mimba, tembakau, serta air. Cara pembuatannya yaitu dengan menumbuk gadung sampai halus, setelah itu dicampur dengan air dan tembakau yang sudah dirajang/dipotong kecil-kecil. Aduk dan tambahkan dengan daun mimba yang ditumbuk/dipotong kecil. Masukkan ke dalam wadah tertutup dan diamkan sekitar 7-10 hari. Pestisida nabati ini mempunyai keunggulan diantaranya biaya yang murah dan bahan yang mudah diperoleh petani, relatif aman untuk musuh alami, tidak menimbulkan keracunan tanaman, serta sulit untuk menimbulkan kekebalan pada OPT.
Petani sangat antusias dalam mendengarkan pengarahan serta melakukan praktik langsung pembuatan pestisida nabati. Beberapa pertanyaan diajukan oleh petani, mulai dari manfaat, cara kerja, dan aplikasi pada tanaman. (D Dwi J)
Artikel BPP KECAMATAN KAUMAN ADAKAN PELATIHAN TEMATIK PEMBUATAN PESTISIDA NABATI pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel BPP KECAMATAN SIMAN ADAKAN PELATIHAN TEMATIK PEMBUATAN PUPUK BOKASHI pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Pelatihan dimulai pada pukul 08.00 WIB diawali oleh sambutan tuan rumah, sambutan dari Bidang Penyuluhan, dan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Siti Jariah selaku narasumber. Siti Jariyah memaparkan bahwa pemilihan tema pelatihan, yakni pembuatan pupuk bokashi, dilatarbelakangi oleh keluhan petani atas penurunan jumlah alokasi pupuk kimia bersubsidi yang menyebabkan berkurangnya ketersedian pupuk di wilayah Kecamatan Siman dan harga pupuk non subsidi yang kian mahal, serta kandungan bahan organik dalam tanah yang hanya berkisar 2-3% saja. “Salah satu solusi mengatasi permasalahan tersebut adalah penggunaan pupuk bokashi sebagai alternatif untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia, meningkatkan dan memperbaiki struktur tanah,” ujarnya.
Bokashi singkatan dari Bahan Organik Kaya Sumber Hayati merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan maupun sampah organik yang telah mengalami pelapukan dengan proses fermentasi. Adapun langkah pembuatan bokashi dalam pelatihan ini yakni diawali dengan membuat larutan dekomposer dengan mencampur effective microorganism (EM4) dan molase ke dalam air. Kemudian membuat campuran bahan dari kotoran ternak, sekam, bekatul, dan kapur dolomit yang diaduk hingga rata. Selanjutnyan membuat lapisan dari campuran bahan setebal 30 cm di atas terpal dan disiram dengan larutan dekomposer sambil diaduk hingga dengan kelembaban bahan 75% atau tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah dengan ciri apabila campuran bahan digenggam agak menggumpal namun tidak mengeluarkan air. Lalu dibuat lapisan yang sama setebal 15-20 cm hingga semua bahan habis dan ditutup menggunakan terpal. Setiap 7 hari sekali pupuk bokashi dibalik. Setelah 28 hari pupuk bokashi sudah jadi dan siap diaplikasikan. Pembuatan pupuk bokashi dilakukan di tempat teduh atau terhindar dari panas matahari dan genangan air.
Setelah pemaparan materi selesai, peserta melaksanakan praktek bersama membuat pupuk bokashi di lahan yang telah disediakan. Terlihat antusiasme peserta saat praktek berlangsung. Kegiatan pelatihan ini berjalan dengan baik dan berakhir pada pukul 11.00 WIB.
Pelatihan pembuatan pupuk bokashi ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani agar dapat membuat pupuk bokashi secara mandiri dan berkelanjutan. Selain itu, juga diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia dan dapat meningkatkan serta memperbaiki struktur tanah. (Linda Luvi N.)
Artikel BPP KECAMATAN SIMAN ADAKAN PELATIHAN TEMATIK PEMBUATAN PUPUK BOKASHI pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel BPP SAMBIT MENGADAKAN PELATIHAN TEMATIK PENGEMBANGAN AGEN HAYATI MELALUI MEDIA PADAT DAN CAIR UNTUK PETANI MUDA pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Pelatihan tersebut dibuka dan dimoderatori oleh Mulijadi selaku Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Sambit. Beliau menuturkan bahwa pemilihan tema perbanyakan agen hayati ini dilatarbelakangi oleh banyaknya petani tanaman hortikultura serta petani tembakau yang mengeluhkan penyakit layu fusarium. “Salah satu pengendalian penyakit layu fusarium yang ramah lingkungan adalah dengan pengembangan agen hayati Trichoderma sp.,” ujarnya.
Kegiatan selanjutnya adalah pemaparan materi dari dua narasumber, yang pertama oleh Rita Kusuma Yudiantie yang memberikan materi tentang perbanyakan agen hayati melalui media padat. Trichoderma sp. adalah salah satu patogen antagonis penghuni tanah yang berfungsi sebagai pupuk biologis dan agen pengendali hayati terhadap mikroba lain, khususnya dari kelompok penyakit patogen tanaman. “Manfaat dari Trichoderma ini selain sebagai biofungisida juga sebagai dekomposer dan biofertilizer yang mampu menyuburkan dan memperbaiki struktur tanah,” ungkapnya. Alat dan bahan yang dipakai untuk perbanyakan Trichoderma antara lain: panci pengukus, kompor, plastik, alkohol, lilin, sprayer, steples, isolat Trichoderma, dan jagung sebagai media padatnya. Jagung dicuci sampai bersih kemudian dikukus selama 20 menit. Setelah itu, jagung ditiriskan di nampan dan diangin-anginkan sampai dingin kemudian dimasukkan ke dalam plastik. Setelah plastiknya dingin dikukus lagi dalam panci selama 30 menit untuk sterilisasi. Setelah 30 menit diangkat dari panci, didinginkan, dan diinokulasi dengan Trichoderma, kemudian simpan di suhu ruang yang bersih selama 14 hari.
Materi berikutnya adalah pengembangan agen hayati Beauveria bassiana melalui media cair yang disampaikan oleh penyuluh pertanian Kecamatan Sambit, Yulnisa Prajarindria. “Agen hayati Beauveria bassiana dapat digunakan sebagai pengendali hama wereng batang cokelat maupun wereng batang hijau pada tanaman padi, serta hama walang sangit dan kepinding tanah,” paparnya. Beliau juga menjelaskan alat dan bahan yang digunakan, yaitu galon, aerator, selang, botol plastik bekas, kentang, isolat Beauveria bassiana, gula pasir, miyak goreng, alkohol, kapas, dan bubuk PK. Kentang dikupas, cuci bersih, dan iris tipis, kemudian direbus dengan air galon sampai empuk. Air rebusan kentang kemudian disaring dan dimasukkan ke dalam galon, tambahkan gula cair, dan sedikit minyak goreng, kemudian simpan hingga dingin. Setelah dingin baru masukkan isolat Beauveria bassiana, kemudian disambungkan dengan rakitan fermentator yang terdiri dari aerator, botol antiseptik, dan botol yang diisi kapas. Inkubasi selama 14 hari.
Para petani muda yang hadir pada pelatihan ini terlihat sangat antusias dan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan hingga pukul 13.00 WIB. Mereka juga menuliskan Rencana Tindak Lanjut (RTL) untuk bisa dipraktekkan di kelompok tani masing-masing. (rindriapraja)
Artikel BPP SAMBIT MENGADAKAN PELATIHAN TEMATIK PENGEMBANGAN AGEN HAYATI MELALUI MEDIA PADAT DAN CAIR UNTUK PETANI MUDA pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel PELATIHAN TEMATIK PERTANIAN “PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PLUS” DI BPP KECAMATAN BUNGKAL pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Pelatihan ini dihadiri oleh perwakilan kelompok tani se-Kecamatan Bungkal sebanyak 13 orang petani serta para Penyuluh Pertanian dari Kecamatan Bungkal, Kecamatan Slahung, Kecamatan Balong dan Kecamatan Ngrayun sebanyak 7 orang. Selain petani dan PPL, kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Kepala Bidang Penyuluhan dan Koordinator PP Kabupaten.
Pelatihan Tematik dimulai pukul 09.00 WIB dibuka dan dimoderatori oleh Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Bungkal Windari. Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Bidang Penyuluhan Ika Niscahyani dan Koordinator Penyuluh Pertanian Kabupaten Endang Sriningsih dari Bidang Penyuluhan. “Selamat mengikuti kegiatan pelatihan tematik dan harapannya, semoga ilmu yang didapat dari Pelatihan Tematik hari ini bisa bermafaat dan dapat disebarluaskan kepada petani lain di Kecamatan Bungkal umumnya dan khususnya di wilayah desa masing-masing,” pesan Ika Niscahyani.
Kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi tentang Pembuatan Pupuk Organik Plus oleh Hari Yulianto selaku Penyuluh Pertanian Kecamatan Bungkal. “Kenapa kita memilih tema Pembuatan Pupuk Organik Plus ini, karena yang utama alasannya banyak limbah organik baik kotoran hewan (kohe) ternak / limbah sampah yang belum dimanfaatkan, selanjutnya untuk memperbaiki tekstur dan struktur tanah, mengembalikan unsur hara dalam tanah, mengupayakan tanaman sehat / ramah lingkungan dan meningkatkan kesadaran petani dalam penggunaan pupuk organik,” ungkapnya.
“Pembuatan Pupuk Organik Plus ini seperti biasanya memakai kohe kambing, bekatul, arang sekam, dolomit, tetes, EM4 dan Plus nya itu menggunakan rendaman akar alang-alang, rendaman akar bambu dan menggunakan Agen Pengendali Hayati (APH) Trichoderma sp. sebagai pengurai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman,” imbuhnya.
Setelah penyampaian materi, kegiatan dilanjutkan dengan praktik bersama pembuatan pupuk organik plus di halaman BPP Bungkal. Peserta pelatihan terlihat begitu semangat dan antusias dalam pelaksanaan praktik membuat pupuk organik plus.
Kegiatan pelatihan tematik ditutup dan diakhiri pukul 12.00 WIB oleh moderator. ‘’Untuk Rencana Tindak Lanjut (RTL) diharapkan para petani yang hadir di pelatihan Tematik ini bisa menjadi pelopor dan motivator Pertanian Organik petani umumnya di Kecamatan Bungkal dan khususnya bisa mengembangkan ilmunya di masing-masing Desa/Gapoktan,” pesan Windari selaku moderator sekaligus Koordinator PP Kecamatan Bungkal.
Pelatihan berjalan sesuai harapan dan pada akhir acara ini peserta pelatihan mengharapkan jika pelatihan tematik semacam ini bisa rutin diselenggarakan dengan tema-tema menarik lainnya. (Yani Tri Astuti)
Artikel PELATIHAN TEMATIK PERTANIAN “PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PLUS” DI BPP KECAMATAN BUNGKAL pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel BPP KECAMATAN SLAHUNG ADAKAN PELATIHAN TEMATIK PERTANIAN pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Kegiatan tersebut dibuka oleh Endang Fitri selaku MC, lalu dilanjutkan sambutan oleh Juni Indarto selaku Koordinator PPL Kecamatan Slahung. “Pengambilan tema pembuatan pupuk organik padat pada kegiatan pelatihan ini sudah menyesuaikan dengan kondisi di Kecamatan Slahung. Apalagi dengan fenomena harga pupuk yang semakin tinggi di masyarakat,” tutur Juni Indarto dalam sambutannya. Beliau juga berpesan agar setelah kegiatan pelatihan ini, nantinya petani dapat membuat sendiri pupuk organik sehingga dapat meminimalisir biaya dengan memanfaatkan bahan-bahan yang mudah dan murah untuk didapatkan.
Kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi tentang pembuatan pupuk organik padat bokashi oleh Sih Mintarsi selaku Penyuluh Pertanian Kecamatan Slahung. Dalam penyampaiannya, beliau menuturkan jika jenis-jenis pupuk organik padat terdiri oleh beberapa jenis, yaitu pupuk kompos, pupuk hijau, serta pupuk kandang atau bokashi. “Pupuk organik memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan pupuk kimia, diantaranya dapat menjaga kesuburan tanah, ramah lingkungan, kandungan unsur hara lengkap, serta mampu meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam tanah,” ungkapnya. Sih Mintarsi selaku pemateri juga menjelaskan alat dan bahan apa saja yang diperlukan serta tata cara pembuatannya sebelum dilakukan praktik secara langsung.
Setelah penyampaian materi, kegiatan dilanjutkan dengan praktik secara langsung pembuatan pupuk bokashi. Bahan yang diperlukan diantaranya kotoran sapi, dedak/bekatul, arang sekam, dolomit, molase/tetes, serta EM4 sebagai starter. Adapun alat yang digunakan diantaranya sekop, cangkul, ember, gembor, serta terpal sebagai penutup. Sebagai langkah awal, kotoran sapi diratakan di atas lantai dengan tinggi +- 30 cm. Lalu siramkan campuran antara EM4, molases, dan air bersih secara merata. Selanjutnya menaburkan dedak diatas campuran kotoran sapi tersebut lalu diaduk menggunakan cangkul sampai merata. Setelah itu, dolomit dan arang sekam ditaburkan dan diaduk lagi sampai merata.
Setelah tercampur merata, selanjutnya campuran bahan-bahan tersebut ditutup menggunakan terpal dan diamkan selama 2 minggu atau lebih. Indikator jika pupuk bokashi tersebut jadi dan berkualitas baik yaitu diantaranya beraroma tanah, berwarna coklat kehitaman, bertekstur remah, serta memiliki suhu rendah dan stabil.
Dalam kegiatan pelatihan ini terlihat antusiasme yang tinggi dari petani yang terlibat. Hal tersebut dibuktikan dengan partisipasi dan juga para petani yang aktif mengajukan pertanyaan saat kegiatan berlangsung. (Yuliana S)
Artikel BPP KECAMATAN SLAHUNG ADAKAN PELATIHAN TEMATIK PERTANIAN pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Artikel Pelatihan Tematik Pertanian di BPP Sawoo pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>Kegiatan dimulai pukul 09.00 WIB dengan dibuka dan dimoderatori oleh Sumarwanto, selaku Koordinator PPL Kec. Sawoo. Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Novia Vrisnainila Noer dan Evy Ediana dari Bidang Penyuluhan. “Harapannya, semoga ilmu yang didapat pada pelatihan hari ini bermafaat dan dapat disebarluaskan kepada petani lain khususnya di wilayah desa masing-masing,” pesan Evy Ediana di akhir sambutannya.
Materi pelatihan pertama yaitu Uji Sederhana Aerasi Tanah yang disampaikan oleh Sarjono selaku PPL Kecamatan Sawoo. Uji aerasi ini bertujuan untuk mengetahui kandungan aliran udara dalam tanah. Uji tanah perlu dilakukan untuk memberikan pemahaman pentingnya menjaga kesuburan tanah, karena usaha peningkatan produksi sangat bergantung dari kualitas tanah sebagai media tanam. “Pengujian ini sangat sederhana sehingga dapat dicoba sendiri oleh petani,” jelas Sarjono.
Pembuatan Pakan Silase Rumput Odot menjadi materi pelatihan selanjutnya. Silase adalah sebuah proses pengolahan hijauan makanan ternak dengan cara diawetkan melalui proses fermentasi dan dapat disimpan dalam waktu lama berkisar antara 3-6 bulan. Materi disampaikan oleh Agung Widiyanto selaku PPL Kecamatan Sawoo.
Setelah pemberian materi, kegiatan dilanjutkan dengan praktik bersama di halaman BPP. Peserta pelatihan terlihat begitu antusias dan berpartisipasi aktif dengan berdiskusi dan praktik bergantian. Tujuan dilaksanakan kegiatan ini agar peternak dapat memproduksi sendiri pakan alternatif selain pakan ternak hijauan. Pakan tersebut bisa digunakan oleh peternak sebagai tabungan pakan pada waktu-waktu yang dibutuhkan. “Silase memiliki kelebihan sebagai pakan ternak yang dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama,” jelas Agung.
Kegiatan ini berakhir dan ditutup pukul 11.30 WIB oleh moderator. Pelatihan berjalan sesuai harapan dan pada akhir acara ini peserta pelatihan mengharapkan jika pelatihan tematik semacam ini rutin diselenggarakan dengan tema-tema lainnya. (Tri Utami)
Artikel Pelatihan Tematik Pertanian di BPP Sawoo pertama kali tampil pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan.
]]>