PELATIHAN TEMATIK PEMBUATAN BIOSAKA MENGANGKAT POTENSI ALAM NUSANTARA UNTUK MENINGKATAKAN PRODUKTIFITAS HASIL PERTANIAN BPP KEC. PULUNG

PONOROGO – Selasa, 19 September 2023, telah dilaksanakan Pelatihan Tematik Pembuatan Biosaka di BPP Kecamatan Pulung. Dalam pelatihan tematik ini, sejumlah 20 orang petani yang berasal dari anggota kelompok tani di Kecamatan Pulung menjadi peserta pelatihan. Selain itu, dalam pelatihan tersebut turut hadir juga Kepala Bidang Penyuluhan, Ika Niscahyani, dan Koordinator Penyuluh Pertanian Kabupaten Ponorogo, Endang Sriningsih.

Pelatihan tematik dimulai pada pukul 08.30 WIB, dimoderatori oleh Sri Winarti yang kemudian mempersilahkan Ika Niscahyani selaku Kabid Penyuluhan untuk memberikan sambutan pembuka. Dalam sambutannya, Ika menyampaikan bahwa penting untuk menjaga ekosistem dan menjaga potensi alam yang ada. Diantaranya dengan cara menggunakan kekayaan alam secara bijak dan memanfaatkannya secara baik. “Selain itu, juga penting untuk meningkatkan kesadaran petani pada keamanan pangan dan kesehatan,” lanjutnya.

Sambutan dari Kepala Bidang Penyuluhan

Endang Sriningsih selaku Koordinator Kabupaten juga memberikan sambutan bahwa ada tiga hal yang melatarbelakangi pemilihan tema pada pelatihan, yakni mengangkat potensi alam yang ada di sekitar, berdasarkan kebutuhan petani, dan permasalahan yang ada di petani wilayah binaan. Biosaka merupakan program di Kementerian Pertanian, berasal dari alam dan sudah dipraktekkan di tingkat Kelompok Tani. “Biosaka sebagai salah satu solusi untuk menjawab menurunnya jumlah pupuk bersubsidi yang diperoleh petani, dan semakin meningkatnya biaya produksi pertanian,” tambahnya.

Narasumber pada pelatihan tematik ini adalah Agung SHW, Koordinator PP Kecamatan Pulung. Skema pelatihan tematik kali ini dibagi menjadi 2 sesi, sesi penyampaian materi dan praktek. Pada sesi pertama, narasumber memaparkan materi biosaka di ruangan. Setelah itu, pada sesi kedua para peserta pelatihan diajak untuk praktek secara langsung membuat Biosaka.  

Penyampaian materi oleh narasumber

“BIOSAKA berasal dari kata Bio, yang artinya tumbuhan/ragam hayati, dan SAKA, yang artinya Selamatkan Alam Kembali ke Alam,” papar Agung. Agung pun meneruskan ilmu dari Anshar, penemu biosaka, bahwa tidak ada keahlian khusus dalam membuat biosaka. Kualitas biosaka dipengaruhi oleh seseorang yang membuat biosaka berdasarkan pada jam terbang/pengalaman membuat biosaka. Pemilihan bahan pembuatan biosaka membutuhkan ketelitian dalam pengamatannya. Semakin ekstrim tempat tumbuh tanaman bahan biosaka, maka semakin baik kualitasnya. Sikap hati dan pikiran orang yang membuat biosaka juga sangat mempengaruhi hasilnya. Hal ini karena melibatkan epigenetic (ekspresi gen/potensial sel), yang merupakan potensi sel terbaik manusia.

Biosaka diramu dari berbagai jenis rumput-rumputan/tanaman. Menurut penemunya, Muhamad Ansar, minimal 5 jenis tanaman sebanyak satu genggaman tangan. Tanaman yang digunakan lebih banyak memanfaatkan tanaman yang ada di sekitar areal sawah/ladang. Tidak jarang tanaman yang digunakan tersebut oleh sebagian besar petani dianggap sebagai gulma yang harus dibersihkan/tidak bermanfaat. Tanaman tersebut tumbuh di pematang, pekarangan rumah, lahan yang terlantar, dan apabila sudah dibersihkan tanaman tersebut tetap kembali ada di lokasi tersebut.

Praktek pembuatan biosaka

Keunggulan Biosaka diantaranya adalah:

  1. Ramah lingkungan, mudah aplikasinya, sedikit kebutuhanya (1,5 liter/hektar/musim tanam)
  2. Dibuat dalam waktu yang sangat cepat 10-30 menit, langsung bisa diaplikasikan
  3. Gratis – bahan biosaka tersedia kapanpun dimanapun karena bisa dibuat dari semua jenis ragam hayati (dengan memenuhi syarat bahan)
  4. Tidak membutuhkan teknologi/alat khusus dalam pembuatan biosaka. Hanya rumput, air dan peremasan menggunakan tangan
  5. Bisa disimpan dalam waktu lama
  6. Mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50-70% dari kebiasaan petani

Pada sesi praktek, peserta diajak untuk mengumpulkan bahan terlebih dahulu. Bahan dipilih dari bahan rumput dan daun liar yang sehat, segar, tidak terserang hama dan penyakit yang ada di lapangan. Bahan dipilih langsung oleh petani didampingi oleh moderator dan narasumber. Adapun cara membuatnya adalah:

  1. Rumput dan daun terseleksi dimasukkan ke dalam ember yang telah berisi air. Untuk satu genggam sedang rumput dibutuhkan air sekitar 5-10 liter air, sedangkan untuk ukuran satu genggam besar bisa digunakan air 10-20 liter air.
  2. Rumput diremas pelan memutar dan diselingi dengan adukan agar homogen. Peremasan pelan dilaksanakan sekitar 10-15 menit. Setelah itu, dilakukan penekanan lebih kuat, sambil terus diselingi dengan pengadukan.  Peremasan dihentikan bila warna telah coklat atau hijau gelap homogen, sedikit berminyak pada permukaannya. 
Pengukuran TDS hasil praktek biosaka

Pada praktek kali ini narasumber juga memerikasa homogenitas hasil praktek Biosaka. Biosaka yang baru dibuat bisa memiliki homogenitas yang tinggi yaitu pH sekitar 7 atau lebih dan nilai TDS sangat tegantung dengan jumlah bahan dan cara peremasan. Pada praktek biosaka kali ini didapatkan nilai TDS antara 150-220 pada keempat hasil praktek biosaka.

Setelah kegiatan ini, peserta diharapkan dapat menularkan ilmunya ke petani sekitar. Semakin banyak yg membuat biosaka, tentunya akan semakin mantap pula petani dalam menggunakan biosaka. (Farida)