PETANI KLENGKENG ULET HADAPI KEBUTUHAN PASAR

Kauman (15/7/2020), Kebun klengkeng milik petani Desa Tegalombo Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo tepatnya di pinggir Jalan Raya Sumoroto – Ngumpul sudah mulai dilirik oleh masyarakat, meskipun masih belum banyak orang yang tau akan keberadaan kebun klengkeng ini, namun setiap hari pasti ada pengunjung yang datang untuk menikmati makan klengkeng yang dipetik langsung dari pohonnya sekaligus berfoto selfie seperti yang sedang nge-trend digandrungi khalayak umum sekarang ini, juga dapat membeli buah klengkengnya yang masih segar dan fresh untuk dibawa pulang.

Tim pengelola website Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kab. Ponorogo berbincang santai dengan petani pemilik sekaligus pengelola kebun klengkeng

Kebun klengkeng di Tegalombo ini dimiliki oleh dua orang petani yang letak kebunnya berdampingan dengan total luas lahan 1 Ha, masing-masing petani 0,5 Ha. Kedua petani itu adalah Widodo dan Wiji. Yang lebih dahulu mempunyai ide untuk budidaya tanaman klengkeng adalah Widodo. Widodo mendapat saran dari petugas pertanian yang kebetulan masih saudaranya untuk berbudidaya klengkeng. Widodo sudah 4 tahun beralih ke budidaya klengkeng ini sedangkan Wiji baru 2 tahun setelah diajak oleh Widodo untuk ikut berbudidaya klengkeng.

Hamparan Kebun Klengkeng

Widodo sebelum berbudidaya klengkeng, lahannya ditanami jeruk, namun hasilnya kurang memuaskan karena tanaman jeruk tidak dapat tahan lama untuk selalu berproduksi, alhasil mulailah mengganti tanaman jeruk tersebut dengan tanaman klengkeng, meskipun awalnya tanaman klengkeng ditanam di sela-sela tanaman jeruk yang masih ada. Setelah tanaman klengkeng mulai besar dan siap untuk dibuahkan barulah Widodo fokus budidaya tanaman klengkeng. Tanaman klengkeng yang ditanam adalah Klengkeng Itoh. Dengan lahan 0.5 Ha tersebut ditanami bibit klengkeng itoh sebanyak 180 pohon dengan jarak tanam 5×5 m. Harga awal bibit klengkeng itoh bersertifikat saat mulai tanam Rp. 250.000,- per batang dengan ukuran sekitar 70 cm.

Sekarang Widodo juga mengembangkan tanaman pendamping seperti jambu kristal, jambu air super red taiwan, dan jambu air madu deli. Widodo juga membuat bibit klengkeng itoh cangkok yang siap untuk dipasarkan. Selain itu di kebunnya Widodo juga menyediakan obat untuk perlakuan pembuahan yang siap dijual jika ada pengunjung yang menginginkannya.

Jarak tanam klengkeng 5×5 m dan disisipi tanaman pendamping

Sedangkan Wiji yang diajak oleh Widodo untuk berbudidaya klengkeng ini lahannya tepat berada di samping lahan Widodo. Wiji yang akhirnya mau berbudidaya klengkeng, sebelumnya berbudidaya padi dan palawija seperti kacang tanah namun hasilnya kurang memuaskan karena jenis tanahnya yang berpasir kurang cocok dan sering terserang hama tikus. Sehingga beliau mantap untuk ikut beralih ke budidaya klengkeng. Jenis klengkeng yang ditanam oleh Wiji juga sama dengan Widodo yaitu Klengkeng Itoh dengan jarak tanam 5×5 m. Wiji juga mencoba menanam jenis Klengkeng Kinglong di lahannya, hasilnya juga memuaskan. Selain itu sebagai tanaman pendamping Wiji menanam pepaya california, cabe dan timun.

Menurut Widodo dan Wiji, proses budidaya tanaman klengkeng ini lebih mudah dan ringan dibanding budidaya tanama padi. Dalam budidaya klengkeng ini mereka lakukan sendiri tanpa bantuan tenaga kerja dari luar dan lebih santai dalam perawatannya karena tidak terlalu rumit dan tidak memakan waktu sehingga masih ada waktu untuk kegiatan lainnya. Kendala yang dihadapi dalam budidaya klengkeng ini ditemukannya hama seperti kelelawar, burung, kepik, maupun ulat dan jamur yang menyerang batang pohonnya sehingga menyebabkan pohon klengkeng layu dan mati.

Klengkeng Itoh yang hampir siap panen

Klengkeng Itoh yang mereka hasilkan rata-rata per pohon mencapai 15 kg. Tiap pohon dapat berbuah sekali dalam 1 tahun. Perlakuan pembuahan yang mereka terapkan pada tiap pohon berbeda-beda diatur jaraknya agar dapat berbuah secara bergantian dan tidak bersamaan panennya dengan harapan dapat panen tiap hari secara kontinyu untuk memenuhi permintaan konsumen dan menghindari panen serentak yang akan mengakibatkan harga jual rendah.

Selama ini pemasaran buah klengkengnya diambil oleh pedagang secara langsung di kebun, dijual secara on-line, para pengunjung yang ingin menikmati langsung di kebun, maupun orang yang lewat dan mampir ke kebun untuk membeli langsung. Pengunjung yang datang ke kebun selama ini dari lokalan Ponorogo baik kalangan pegawai maupun masyarakat umum dan dari daerah Madiun. Buah Klengkeng Itoh yang dihasilkan belum dapat memenuhi pasar luar Ponorogo karena masih terbatas jumlahnya, sehingga baru dipasarkan di lokal Ponorogo.

Klengkeng Itoh yang siap panen

Harapan Widodo dan Wiji jika ada petani yang tertarik untuk budidaya klengkeng agar difasilitasi oleh dinas karena modal awal yang dibutuhkan cukup tinggi, dan untuk teknis budidayanya mereka siap membantu untuk membantu menyalurkan ilmunya kepada petani lain. Mereka berharap agar petani muda di Ponorogo mau terjun ke dunia pertanian seperti berbudidaya klengkeng ini karena teknis budidayanya mudah, santai perawatannya dan pangsa pasarnya masih terbuka lebar.