PETANI DAN PRAKTISI, DUDUK BERSAMA MENYUSUN SOP BUDIDAYA KUNYIT

Ponorogo–Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur bersama Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dipertahankan) Kabupaten Ponorogo melaksanakan kegiatan rangkaian penyusunan SOP Tanaman Sayur dan Tanaman Obat dalam Kegiatan Perencanaan Pengembangan Prasarana Kawasan Komoditas Pertanian. Kegiatan ini dilaksanakan hari Rabu 16/6/2021 di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Jambon. Penyusunan SOP Budidaya kunyit ini dilaksanakan di Kabupaten Ponorogo karena Ponorogo merupakan salah satu penghasil kunyit terbaik dan tertinggi di Jawa Timur, tepatnya di Desa Jonggol Kecamatan Jambon.

Kepala Dipertahankan Kabupaten Ponorogo menyampaikan potensi kunyit di Ponorogo

Kegiatan penyusunan Standard Operational Procedure (SOP) Budidaya Kunyit ini dihadiri oleh Sri Zunaini Sa’adah bersama tim dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP Jatim), Sri Sulistianingsih dari UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur (UPT Proteksi TPH Jatim, Rosid dari UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur (UPT PSB TPH Jatim) dan Rocky Fahriar Reza bersama tim dari UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu, sebagai narasumber. Hadir juga Kepala Dipertahankan Kabupaten Ponorogo, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura (Kabid TPH Dipertahankan Kabupaten Ponorogo), Kepala Seksi  Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (Kasi Produksi TPH Dipertahankan Kabupaten Ponorogo) dan staf, tim BPP Kecamatan Jambon serta petani kunyit dari Desa Jonggol Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo.

Andi Susetyo, Kepala Dipertahankan Kabupaten Ponorogo menyampaikan bahwa Ponorogo memang memiliki potensi kunyit yang cukup bagus.

“Bahkan sejak tahun 2017-2020 sebanyak 2.220 ton kunyit telah di ekspor ke India melalui CV Berkah Jaya”, imbuhnya.

“Hal ini menunjukkan bahwa kunyit juga merupakan komoditas potensial ekspor yang layak dikembangkan oleh petani dan stakeholder lainnya”, harapnya.

“Oleh karena itu, dihimbau petani kunyit untuk tetap membudidayakan kunyit, dan tidak beralih pada komoditas lain yang sedang ramai dibudidayakan”, pungkasnya.

SOP ini disusun sebagai pedoman bagi petani kunyit untuk membudidayakan kunyit sehingga memperoleh panen yang memiliki kuantitas dan kualitas optimal. Dalam budidaya, benih merupakan salah satu komponen penting dalam menghasilkan panen yang berkualitas. Oleh karena itu petani dihimbau menanam benih bersertifikat dan berlabel, sehingga mengetahui karakter benih yang ditanam, dan mendapat jaminan kualitas sesuai varietas.

Rosid, petugas UPT PSB TPH Jatim mengatakan bahwa sekarang ini terdapat empat varietas kunyit yang telah dilepas yaitu, Turina 1 (Ungaran), Turina 2 (Garut), Turina 3 (Lembang) dan Curdonia 1 (Garut).

“Apabila kunyit yang panjenengan tanam ini bukan termasuk 4 varietas tersebut, silahkan dikembangkan, didaftarkan menjadi varietas, kami siap bantu panjenengan untuk menjadi produsen benih kunyit”, terangnya.

“Kejelasan varietas kunyit yang dihasilkan tentu menambah nilai jual kunyit di pasaran”, jelasnya.

Antusiasme petani kunyit saat kegiatan tanya jawab dengan narasumber

Rocky Fahriar Reza, petugas UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu mengatakan bahwa kunci lain dalam mendapatkan kualitas terbaik kunyit adalah waktu panen yang tepat.

“Salah satu pasar besar bagi kunyit adalah industri jamu. Kunyit sebagai bahan baku industri jamu, sebaiknya dipanen pada umur 11 bulan, dimana rimpangnya memiliki kandungan kurkumin tertinggi kemudian disimpan dalam bentuk simplisia (rajangan kering setebal 3-5 mm)”, jelasnya.

“Terdapat standar mutu yang harus dipenuhi dalam industri jamu, seperti warna kuning-jingga coklat, aroma khas aromatis kunyit, rasa khas kunyit agak pahit, kadar air ≤ 10%, kadar abu 3-7%, kadar pengotor maksimal 1%, kadar minyak atsiri ≥ 1.85%, dan kadar kurkumin ≥ 3,82%”, terangnya.

“Apabila petani kesulitan untuk melakukan pengujian tersebut, bisa menghubungi petugas penyuluh lapangan atau Laboratorium Pengujian terdekat”, imbuhnya.

Hal terpenting dalam penerapan SOP adalah kedisiplinan. Disiplin melaksanakan dan mencatat setiap tahapan yang dilakukan. Catatan budidaya bisa menjadi bahan evaluasi dan pengembangan, sehingga kegiatan budidaya semakin efisien dan panen yang dihasilkan semakin berkualitas. //ryns