Rumah untuk Tyto Alba, Sang Pemburu

Jetis (28/09/2021), Sebanyak 4 unit rumah burung hantu bantuan dari Pemerintah Desa Josari didirikan di areal persawahan Kelompok Tani “Tani Mukti” Desa Josari, Kecamatan Jetis.

POPT Jetis merangkap Sambit, petani, dan Penyuluh Pertanian Kecamatan Jetis bahu membahu untuk mendirikan Rumah burung hantu

Mujanat selaku ketua kelompok tani Tani Mukti menuturkan bahwa kegiatan pendirian rumah burung hantu ini bukan yang pertama kalinya di kelompok ini.

“Sebelumnya POPT Jetis merangkap Sambit, Sukatman menginisiasi dengan memberikan bantuan 2 unit rumah burung hantu, dan 1 unit didirikan secara swadaya oleh kelompok tani,” imbuhnya.

“Terbukti serangan tikus sangat jauh berkurang dan mendapat respon baik oleh pemerintah desa setempat,” lanjutnya.

Tyto Alba atau biasa disebut Serak Jawa merupakan spesies burung berukuran besar (34 cm), mudah dikenali sebagai burung hantu putih. Wajah berbentuk jantung, warna putih dengan tepi coklat. Burung ini berkemampuan luar biasa dalam berburu tikus.

Sukatman selaku POPT menjelaskan bahwa Tyto Alba adalah burung nocturnal (aktif di malam hari) dan banyak dijumpai di sekitar kita, sehingga keberadaannya dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama tikus.

“Satu diantara cara yang bisa dilakukan adalah dengan mendirikan Rubuha (Rumah Burung Hantu) yang diletakkan di pohon atau di tengah areal persawahan untuk hunian Tyto Alba,” ungkapnya.

“Tyto Alba dewasa bisa memburu 6 – 15 ekor tikus dalam semalam. Tidak semua tikus ini dimakan, sebagian hanya dicabik lalu ditinggalkan,” lanjutnya.

“Teknologi pemanfaatan burung hantu ini sangat cocok bagi petani selain mudah penerapannya, biaya yang dibutuhkanpun tidak mahal karena rubuha cukup menggunakan kayu yang ada di sekitar,” jelasnya.

“Tyto alba memiliki jarak pendengaran 500 m untuk menangkap mangsanya. Sepasang burung hantu putih ini mampu melindungi sekitar 25 hektar tanaman padi dan memangsa 3.650 ekor tikus per tahun. Tyto alba memiliki pendengaran yang tajam, kemampuan terbang dengan senyap, mempunyai cakar dan paruh yang kuat, dapat bertelur 2-3 kali setahun (sekali bertelur 6-12 butir), sehingga cocok digunakan sebagai musuh alami tikus karena cepat berkembang biak,” terangnya.

Rubuha berhasil terpasang dan siap untuk dimanfaatkan

Koordinator penyuluh pertanian Kecamatan Jetis, Hadi Suyanto berpesan, agar kegiatan ini berkelanjutan dan tidak berhenti sampai disini.

“Harapannya kelompok tani lain di Kecamatan Jetis pada khususnya, mengikuti hal-hal baik seperti ini karena sejatinya kelompok tani adalah wadah untuk belajar bersama dan bertukar informasi terkait informasi-informasi pertanian,” pungkasnya.(*)© Wisesa Dwi Wijaya, Penyuluh Pertanian Kecamatan Jetis