Farmers Field Day, Mekanisasi Pertanian Menuju Pertanian Hebat

PONOROGO-(18/10/2021), sebanyak kurang lebih 100 petani dari berbagai desa di Kecamatan Jetis mengikuti kegiatan Farmers Field Day (FFD) di Lapangan Glendoh, Desa Ngasinan, Kecamatan Jetis.  Kegiatan Hari Temu Lapangan Petani (Farmer’s Field Day) adalah salah satu metode pemberdayaan petani melalui pertemuan antara para petani, peneliti dan penyuluh untuk saling tukar menukar informasi tentang teknologi pertanian yang diterapkan dan diharapkan adanya umpan balik dari petani.

Sinergi antara penyuluh pertanian, entrepreneur, petani, dan MAXXI TANI

FFD kali ini merupakan kerjasama dari Semar Agricultural (UD. Boyolali) Ponorogo dan MAXXI Tani Operational Office Sidoarjo . Sebanyak 2 unit combine harvester untuk jagung diturunkan sebagai uji coba panen tanaman jagung sebanyak 4 kotak atau kurang lebih 0,5 hektar. Para petani dan undangan melihat secara langsung proses panen menggunakan mesin combine dengan seksama.

Jonny Setyantoro, petani Desa Karanggebang sekaligus pemilik Semar Agricultural menjelaskan tujuan diadakannya kegiatan ini adalah agar petani melihat sendiri proses panen menggunakan mesin combine harvester, sekaligus mengenalkan alat mesin lain yang kita punyai, diantaranya traktor roda 4 untuk pengolahan lahan, rice transplanter untuk transplanting padi, drone untuk pemupukan dan aplikasi pestisida, mesin pembuat pematang sawah, dan lain sebagainya.

Proses pemanenan jagung menggunakan mesin Combine Harvester

“Tanaman yang akan panen hari ini kurang lebih berumur 114 HST, mendekati umur panen ideal yakni 115-120 HST, apabila kurang dari umur tersebut hasil panen akan kurang maksimal,” imbuhnya.

Penyuluh pertanian setempat, Wisesa Dwi Wijaya menuturkan mekanisasi pertanian tidak dapat terelakkan dalam pembangunan pertanian.

“Permasalahan di lapangan saat ini adalah sulitnya mencari tenaga kerja untuk panen ataupun untuk kegiatan tani lainnya. Mekanisasi pertanian menjadi sebuah solusi untuk usaha tani yang lebih efisien, hemat waktu, dan hemat biaya. Untuk luasan tanah 1 hektar waktu yang dibutuhkan tidak sampai 1 hari, berbeda jauh dengan proses pemanenan manual,” jelasnya.

Menurut Rizal dari PT. MAXXI Tani Balungbendo, Sidoarjo secara garis besar prinsip kerja mesin combine harvester melalui beberapa tahapan sebagai berikut, menggaet dan mengarahkan tanaman menuju bagian pemotong (reel), memotong batang jagung (cutting platform), merontokkan bulir jagung dari tongkolnya (threshing), memisahkan jagung dan kotoran (separation and cleaning), dan memotong atau menghancurkan batang jagung (chopping). Oleh karenanya ada kriteria khusus yang harus dipenuhi apabila ingin menggunakan combine harvester untuk jagung.

“Umur ideal sebenarnya 120 HST, tapi tergantung varietasnya. Dan pengairan terakhir itu di umur 100 HST, sehingga diharapkan ketika dipanen kadar air pipilan jagung kurang lebih 27-28%, kalau kurang kering dikhawatirkan biji jagung banyak yang pecah. Klobot jagung juga sudah harus menguning dan dalam keadaan kering,” terangnya.

Petani antusias untuk melihat lebih dekat mesin Combine Harvester

Aziz Hanafi, salah satu perwakilan petani terlihat sangat tertarik dengan mesin combine ini. Proses pemanenan biasanyadilakukan secara manual sehingga membutuhkan waktu yang lama dan tenaga kerja yang tidak sedikit.

“Setelah ini saya akan mencoba menyewa mesin combine, semoga hasilnya baik seperti ini,” katanya sambil melihat hasil pipilan jagung oleh mesin combine yang sudah terwadahi rapi di karung-karung yang telah disediakan.

“Ke depan semoga ada FFD-FFD lainnya karena saya sebagai petani merasa senang sekali melihat langsung alat-alat mesin pertanian dan menjadi lebih yakin untuk menerapkannya di lahan saya,” pungkasnya.© Wisesa Dwi Wijaya