AMANKAN PRODUKSI HORTIKULTURA DENGAN PERBANYAKAN APH UNTUK MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN

PONOROGO-Pada hari Rabu (16/11/2022) bertempat di Sekretariat KWT (kelompok wanita tani) Kenanga Desa Sidoharjo Kecamatan Pulung dilaksanakan pembuatan APH (agen pengendali hayati) untuk mengamankan produksi hortikultura dari serangan hama penyakit di lahan pekarangan. Hadir dalam kegiatan tersebut anggota KWT Kenanga, Ketua Kelompok Tani Desa Sidoharjo, POPT, Penyuluh, Koordinator Penyuluh Kecamatan Pulung.

Anggota KWT Kenanga siap membuat APH sendiri

Anggota KWT Kenanga Desa Sidoharjo Kecamatan Pulung tidak mau ketinggalan dalam menyikapi biaya saprodi (pupuk pestisida) yang tinggi dan mengamankan produksi tanaman hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan) dari serangan OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan). Beberapa OPT yang sering ditemui diantaranya adalah penyakit layu karena Jamur Fusarium maupun Pseudomunas solanaceae dan penyakit Antraknose (pathek) pada tanaman cabe dan tomat, serta penyakit Mboler/Nglekar dan Bercak Ungu pada tanaman bawang merah di wilayahnya. Bahkan juga OPT pada tanaman pangan padi dan jagung pada Musim Tanam 2022/2023.

Dalam sambutannya, Koordinator PP Kecamatan Pulung, Agung HW, menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini harus terus digalakkan. “Selaras dengan kebijakan dari Kementerian Pertanian tentang program pertanian berkelanjutan, salah satunya pengelolaan OPT dengan mengedepankan pendekatan agroekosistem,” ujarnya. Keberadaan patogen antagonis (APH) menjadi syarat mutlak dalam mengantisipasi (preventif) terjadinya serangan hama penyakit, tidak hanya pada tanaman sayuran dan buah, tetapi juga pada tanaman padi dan palawija lain yang dibudidayakan di Desa Sidoharjo Kecamatan Pulung.

Anggota KWT Kenanga membuat APH dengan bahan umbi kentang

Saat memberikan materi tetang perbanyakan APH, Soeprapto yang merupakan POPT Kecamatan Pulung menyampaikan bahwa APH sebenarnya bisa ditemui dari sekitar kita, namun jumlahnya terbatas. “Agar APH mempunyai kemampuan untuk mengendalikan OPT secara efektif, perlu dilakukan penambahan jumlah APH di sekitar tanaman,” imbuhnya.

Pada kegiatan ini, dengan pendampingan dari POPT dan PP dari BPP Kecamatan Pulung, KWT Kenanga berhasil melakukan perbanyakan APH dengan menggunakan bahan umbi kentang. Adapun APH yang dibuat adalah:

  1. Jamur Trichoderma memproduksi 40 Liter untuk mengantisipasi serangan Layu Fusarium pada cabe, Penyakit Antraknose (bisul hitam) pada buah tomat dan potong leher (Blas) pada tanaman padi.
  2. Lecani lecanicium memproduksi sebanyak 20 liter untuk mengantisipasi serangan hama : Aphis, Mite, kutu putih,kutu dompolan, cabuk putih pada tanaman cabe, kacang panjang, tomat, kedelai bahkan tanaman kakao.
  3. Paenibacilus polymyxa bakteri memproduksi sebanyak 20 liter untuk mengantisipasi serangan hawar daun (penyakit kresek) pada tanaman padi, layu karena bakteri pada cabe, tomat dan jagung.
  4. Pseudomonas sp memproduksi sebanyak 20 Liter sebagai pemacu pertumbuhan dan pengendali hayati.
Praktik secara langsung cara pembuatan APH

Aktivitas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota KWT Kenanga dalam melakukan perbanyakan APH. Selain itu, juga dapat berperan dalam meningkatkan produksi pertanian dengan tetap memperhatikan pertanian berkelanjutan.