PENINGKATAN KAPASITAS SDM PERTANIAN MELALUI TEMU TEKNIS PENYULUH PERTANIAN

PONOROGO – Bidang Penyuluhan, Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dipertahankan) Kabupaten Ponorogo bekerja sama dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan menyelenggarakan Temu Teknis Penyuluh Pertanian bagi penyuluh pertanian PNS, penyuluh pertanian PPPK, dan penyuluh pertanian swadaya. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 22 – 24 November 2022 bertempat di Kantor Bidang Penyuluhan, Jl. Letjend Suprapto 14 C Ponorogo. Adapun peserta penyuluh pertanian berasal dari setiap kecamatan di Kabupaten Ponorogo.

Kepala Dipertahankan Kabupaten Ponorogo ketika memberikan sambutan sekaligus membuka acara secara resmi

Kegiatan temu teknis ini dimulai dengan sambutan dan laporan dari panitia yang diwakili oleh Novia Vrisnainila Noer, selaku Sub Koordinator Ketenagaan Penyuluhan. Beliau sangat mengapresiasi kegiatan ini dan berpesan agar peserta temu teknis dapat mengikuti kegiatan dengan khidmat dan sungguh-sungguh, mengingat banyaknya manfaat dan ilmu yang dapat diperoleh dari kegiatan ini sehingga diharapkan segala bentuk informasi dan pengalaman dapat didiseminasi ke anggota kelompoktani di wilayahnya.

“Temu Teknis Penyuluh Pertanian ini dibagi menjadi tiga hari, dimana pada tanggal 22 November dikhususkan bagi penyuluh pertanian PNS, sedangkan pada tanggal 23 November bagi penyuluh pertanian PPPK dan tanggal 24 November bagi penyuluh pertanian swadaya”, pungkasnya.

Acara berikutnya merupakan sambutan sekaligus pembukaan acara secara resmi oleh Kepala Dipertahankan Kabupaten Ponorogo, Masun.

“Kegiatan temu teknis merupakan salah satu langkah untuk dapat meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) pertanian sehingga dapat memenuhi standar,” ujarnya.

Narasumber saat memberikan materi

Kegiatan Temu Teknis Penyuluh Pertanian disampaikan oleh dua orang narasumber, yaitu Djoko Sumianto dan Ali Sutopo yang merupakan widyaiswara dari BBPP Ketindan. Adapun materi temu teknis pertama disampaikan oleh Djoko Sumianto mengenai Pupuk Hayati. Sementara itu materi kedua disampaikan oleh Ali Sutopo mengenai Teknologi Biosaka.

“Pupuk hayati merupakan produk biologi aktif (mikroba) yang berfungsi memfasilitasi penyediaan hara bagi tanaman. Pupuk hayati dapat berbentuk padat maupun cair yang masih bisa dikembangkan lagi sesuai fungsinya.” pungkas Djoko.

Para peserta praktek pembuatan biosaka
Peserta antusias praktek membuat biosaka

Sementara itu, menurut Ali, Biosaka itu bukan pupuk, bukan pestisida, melainkan elisitor sebagai signaling bagi tanaman tumbuh dan berproduksi lebih bagus.

“Bahan baku biosaka harus berasal dari rumput-rumputan yang tumbuh di sekitar tanaman dan harus dalam kondisi yang bagus”, lanjut Ali.

“Adapun cara pembuatan biosaka adalah dengan cara diremas secara halus di dalam air hingga larutan menjadi homogen”, terang Ali.

“Dosis aplikasi biosaka sendiri sekitar 40 ml untuk 15 liter air,” pungkasnya.

Peserta mencari bahan baku pembuatan biosaka
Peserta mengamati bahan baku biosaka yang ditunjukkan oleh narasumber

Selain menggunakan bahan baku rumput-rumputan, elisitor berupa biosaka juga dapat dibuat menggunakan buah lemon. Menurut kajian yang dilakukan Ali, elisitor lemon efektif dalam meningkatkan produktivitas tanama hortikultura, juga dapat berfungsi sebagai pestisida nabati karena mengandung senyawa asam nitrat. Terobosan Biosaka diharapkan dapat membantu petani untuk meningkatkan produktivitas tanaman juga ikut andil dalam menjaga lingkungan. (M. Adhi Bhaskara, S.T.P._Penyuluh Pertanian Ahli Pertama)