MANISNYA GULA AREN SEBAGAI WARISAN MASYARAKAT TANI PERKEBUNAN

PONOROGO – Dusun Prumbon Desa Pupus merupakan salah satu desa di Kecamatan Ngebel sebagai daerah yang memproduksi berbagai jenis hasil bumi, diantaranya gula aren dari bahan baku air nira yang diambil dari pohon aren. Hal ini bisa dilihat secara topografi selain memiliki ketinggian tempat dan lahan yang sangat cocok untuk dikembangkan tanaman aren. Melihat potensi yang ada, beberapa pengrajin gula aren masih optimis. Hal ini bisa dilihat sebagian warga mengandalkan produksi gula aren untuk mendapatkan tambahan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Gula aren atau gula merah merupakan pemanis yang terbuat dari nira yang berasal dari tandan bunga jantan pohon enau. Gula aren biasanya juga diasosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon keluarga palma, seperti kelapa, aren dan siwalan.

Pengambilan nira aren

Menurut Simat, salah satu pembuat gula aren, keahlian menyadap atau mengambil air nira sebagai bahan gula aren didapatkan secara turun-temurun dan menjadi pekerjaan andalan saat pandemi corona. Proses pembuatan gula aren sebenarnya tidak mudah, karena air nira diambil dengan cara khusus dari pohon aren dan membutuhkan kurang lebih 9 jam untuk selesai dimasak. Pembuatan gula aren dengan cara dimasak butuh waktu dari pagi sampai sore hari. Sementara pengambilan nira dari pohon aren bisa dilakukan dua kali, yaitu pagi sekitar pukul 7.00 wib dan sore pukul 17.00 wib. “Hasil sadapan pagi hari lebih banyak dari pada sore hari karena keluarnya nira yang paling deras terjadi pada pukul 03.00 wib sampai dengan 04.00 wib,” jelasnya.

Giyah, istri dari Simat, disela-sela pekerjaannya menyampaikan bahwa dia dan suaminya membagi tugas sesuai dengan kemampuan masing-masing dalam pembuatan gula aren. Tujuannya agar bisa menghasilkan gula aren yang berkualitas. Penjualan gula aren murni khas Dusun Prumbon Desa Pupus terbilang mudah. Hal ini karena gula arennya sudah dikenal keasliannya tanpa campuran bahan lain. “Biasanya pembeli langsung datang ke rumah dan kemudian dipasarkan kembali ke padagang langganan di pasar sekitar Ngebel maupun di pasar Pulung. Selain itu, ada juga pelanggan dari Ponorogo langsung membeli sebagai bahan kue dan bumbu masak,” ungkapnya

Pencetakan gula aren

Giyah mengungkapkan bahwa dulu pengrajin gula aren masih didominasi oleh warga yang berusia lanjut. Namun, sekarang sudah mulai ada geliat dari warga yang berusia muda untuk berwirausaha gula aren. Pembuatan gula aren sebenarnya sangat menjanjikan untuk mencukupi dan penunjang kebutuhan keluarga. Pembagian peran sangat diperlukan dalam pengolahan gula aren setiap harinya. Tugas seorang pria mengambil air nira pagi dan sore, sedangkan kaum hawa mempunyai tanggung jawab memasak air nira sampai menjadi gula aren dengan menggunakan tungku tradisinal berbahan kayu bakar. “Kalau menggunakan gas akan lama, karena yang digunakan memanaskan air nira harus bersuhu tinggi dan waktu yang cukup lama,” pungkasnya.

Lukito HS selaku Pengawas Mutu Hasil Perkebunan sedikit mengambil harapan dari apa yang sudah dikelola dan digeluti oleh sebagian masyarakat Desa Pupus berupa pengolahan tanaman aren. Hal ini tentunya akan dijadikan perhatian dan skala prioritas bagi Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Kabupaten Ponorogo melalui Bidang Perkebunan untuk memetakan potensi kebutuhan gula aren dan produksi yang dihasilkan. Termasuk penambahan bibit pohon aren yang harus disesuaikan dengan areal yang ada. Budidaya tanaman aren mempunyai karakteristik khusus karena tanaman ini bisa berproduksi mulai umur 5-7 tahun untuk jenis aren genjah, sedangkan puncak produksinya antara umur 10-20 tahun. Selain niranya bisa dijadikan gula aren, tanaman aren juga menghasilkan produk lain berupa kolang-kaling, ijuk, dan lain sebagainya. anyelir@3