Gerakan Aplikasi APH Beauveria bassiana di Poktan Sri Mukti Desa Lengkong

PONOROGO – Pada hari Selasa Kliwon,18 Juli 2023, Kelompok Tani (Poktan) Sri Mukti Desa Lengkong Kecamatan Sukorejo melakukan kegiatan Gerakan Aplikasi Agen Pengendalian Hayati (APH) Beauveria bassiana yang berlokasi di lahan Poktan Sri Mukti Desa Lengkong Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo. Gerakan aplikasi Agen Pengendali Hayati ini dilakukan dalam rangka untuk menciptakan pertanian padi yang ramah lingkungan dan melestarikan ekosistem lingkungan persawahan. Turut hadir mendampingi kegiatan tersebut Suwarni selaku Koordinator POPT Kabupaten Ponorogo, Damun selaku POPT Kecamatan Sukorejo, Penyuluh Pertanian BPP Kecamatan Sukorejo, dan ketua Poktan Sri Mukti, M. Sholeh.

Damun menjelaskan bahwa yang melatarbelakangi gerakan aplikasi pengendalian hayati ini adalah adanya potensi serangan Organisme Pengganggu Tanaman terutama Wereng Batang Cokelat (WBC) di wilayah Kecamatan Sukorejo. Untuk saat ini, padi Desa Lengkong secara umum masih berumur sekitar 60 HST. Oleh karena itu, gerakan alikasi APH Beauveria bassiana yang disponsori oleh M. Sholeh ini sangat penting dalam rangka mengendalikan serangan OPT Wereng Batang Cokelat.

Masih dalam penjelasan POPT Kecamatan Sukorejo, Agen Pegendali Hayati (APH) merupakan mikroorganisme (urip-uripan) yang sangat dianjurkan untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). APH Beauveria bassiana ini sebaiknya diaplikasikan sebelum ada serangan OPT. Dengan harapan APH yang terdiri dari mikroorganisme (urip-uripan) bisa bekerja lebih baik dan maksimal. “Urip-uripan iki tugase mbantu wong tani, tentarane wong tani, supoyo tentara-tentara niku saget njagi tanduran pari (Mikroorganisme ini tugasnya membantu petani, tentaranya petani, dengan tujuan tentara-tentara tersebut bisa menjaga tanaman padi dari serangan Wereng Batang Coklat). Selama ini, petani mengetahui padinya terkena wereng bila padi sudah berubah warna, yang sebelumnya warna daun hijau berubah menjadi coklat kering,” ujarnya.

Penyemprotan APH di lahan sawah

Damun menganjurkan para petani untuk mulai mengaplikasikan APH ini sejak dini di lahan. Apalagi APH bisa diproduksi sendiri. Hal ini selain bisa menjaga ekosistem alam persawahan, juga bisa meminimalkan biaya perawatan pertanian.

Sementara itu Koordinator POPT Kabupaten Ponorogo, Suwarni, menjelaskan bahwa sebelum melakukan penyemprotan pestisida kimia pada tanaman padi yang perlu dilakukan adalah pengamatan. Dari hasil pengamatan yang baik, diharapkan bisa diputuskan apakah tanaman padi layak untuk disemprot dengan pestisida kimia atau tidak.  “Hal ini dilakukan dengan harapan untuk mengurangi biaya perawatan dan menjaga kualitas keberadaan ekosistem lingkungan persawahan,” ungkapnya.

Suwarni menambahkan bahwa dalam aplikasi APH Beauveria bassiana ini sebaiknya dilakukan saat padi belum terkena serangan OPT. “Waktu penyemprotan sebaiknya sore hari, sekitar jam 15.00-17.00, atau pagi hari, sekitar jam 06.00,” lanjutnya. Adapun takaran/dosisnya adalah sebanyak 1 gelas air mineral (220 ml) untuk setiap tangki.

Dengan kegiatan gerakan aplikasi Agen Pengendali Hayati ini diharapkan petani akan lebih terbiasa melakukan pencegahan hama dan penyakit tanaman dibandingkan pengendalian menggunakan pestisida kimia. (Hadi Siswanto)