SENTRA PRODUKSI GULA AREN DI PENJURU DESA TALUN, KECAMATAN NGEBEL KABUPATEN PONOROGO

PONOROGO – Senin, 16 Oktober 2023 pukul 08.30 WIB tim Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Ngebel laksanakan peninjauan lapang ke beberapa tempat produksi gula aren di Dukuh Sedayu, Desa Talun, Kecamatan Ngebel. Dukuh Sedayu merupakan salah satu dukuh di penjuru Kecamatan Ngebel yang menjadi sentra produksi gula aren dalam bentuk cetak maupun tabur (gula semut). Hampir setiap rumah di lingkungan tersebut memiliki pohon aren, baik di lahan pekarangan maupun di lahan tegal. Beberapa rumah juga menjadi tempat pengolahan nira aren menjadi gula yang siap konsumsi.

Tanaman aren atau yang bernama latin Arenga pinnata Merr. merupakan tanaman dari family palem-paleman yang memiliki tingkat adaptifitas cukup tinggi. Hal tersebut sesuai dengan kondisi lapang di Dukuh Sedayu dimana tanaman aren dapat tumbuh dengan baik di ketinggian lebih dari 1.100 mdpl. Tanaman aren di Dukuh Sedayu, mulai berbunga dan menghasilkan buah yang biasa disebut dengan kolang-kaling setelah berumur 10-15 tahun ke atas. Setelah menghasilkan buah pertama, aren baru dapat memproduksi nira yang menjadi bahan dasar pembuatan gula aren. Sunarti, salah satu petani aren Dukuh Sedayu juga menuturkan hal yang selaras. “Aren itu hanya dapat menghasilkan kolang-kaling satu kali mbak, kemudian setelah 3-4 bulan akan muncul manggar (bunga) yang menghasilkan nira aren yang kemudian diproses menjadi gula aren,” ungkapnya.

Pohon aren

Pemrosesan gula aren di Dukuh Sedayu masih menggunakan metode konvensional. Pertama-tama nira diambil dari pohon menggunakan bumbung. Setiap pohon paling sedikit mampu menghasilkan 2 liter nira. Nira yang telah dipanen atau yang disebut badeg harus segera diproses agar tidak menghasilkan alkohol karena proses fermentasi yang nantinya akan memengaruhi cita rasa gula aren yang dihasilkan. Nira kemudian dimasak di atas tungku hingga mengental. Gula yang mengental kemudian dicetak menggunakan bathok kelapa hingga mengeras dan selanjutnya dibungkus sesuai dengan permintaan pasar.

Sunarti sedang mengolah nira menjadi gula aren

Proses penyusutan dari kondisi cair hingga mengental bergantung pada musim saat nira tersebut dipanen. Pada musim penghujan, nira yang dihasilkan lebih banyak namun penyusutannya mencapai 75%, sedangkan pada musim kemarau penyusutannya hanya sebesar 40%. Muhsin selaku PPL Desa Talun menyebutkan perbedaan tersebut dipengaruhi oleh curah hujan yang meningkat di musim penghujan. ”Curah hujan yang meningkat secara tidak langsung juga mempengaruhi rendemen yang dihasilkan. Semakin tinggi curah hujan, hasil nira semakin banyak namun penyusutannya juga tinggi dan berlaku sebaliknya pada musim kemarau,” paparnya.

Menikmati kopi cokot, salah satu cara mengkonsumsi gula aren

Gula aren yang dihasilkan petani aren Dukuh Sedayu saat ini masih bergantung pada tengkulak, meskipun terdapat beberapa produsen yang telah dapat memasarkan sendiri gula aren secara luas melalui media offline maupun online. Hal tersebut dikarenakan petani gula aren didominasi oleh petani berusia lanjut. Selanjutnya diharapkan ada upaya tindak lanjut yang melibatkan petani muda, sehingga dapat menjangkau pasar yang lebih luas (Qurota A’yun)