SL-PHT TEMBAKAU DI DESA BITING, WUJUDKAN PERTANIAN ORGANIK RAMAH LINGKUNGAN

PONOROGO – Desa Biting merupakan desa sentra budidaya tembakau di Kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo. Tembakau produksi Desa Biting mayoritas merupakan jenis Tembakau Kedu yang sudah dijual ke berbagai kota. Dalam praktik budidaya tembakau, petani juga dihadapkan dalam pengendalian hama penyakit. Untuk membantu petani tembakau di Desa Biting dalam pengendalian hama dan penyakit, Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dipertahankan) Kabupaten Ponorogo melalui Bidang Perkebunan melaksanakan SL-PHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu) Tanaman Tembakau di Kelompok Tani Enggal Makmur.

PHT (Pengendalian Hama Terpadu) adalah suatu cara pendekatan/cara berfikir/falsafah pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang bertanggungjawab. Adapun sasaran dari PHT adalah produktivitas pertanian tinggi, kesejahteraan petani meningkat, populasi dan kerusakan hama tetap berada pada aras (tingkatan) yang secara ekonomis tidak merugikan, serta kualitas dan keseimbangan lingkungan terjamin dalam usaha mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan.

Didik saat menyampaikan materi

SL-PHT Tanaman Tembakau di Kelompok Tani Enggal Makmur dilaksanakan selama 5 kali pertemuan. Pada pertemuan kedua hari Jumat, 13 Oktober 2023, telah dilaksanakan dengan materi Pembuatan Agen Pengendali Hayati (APH). Endah Widuri selaku Kepala Bidang Perkebunan Dipertahankan Kabupaten Ponorogo mengajak peserta untuk mempraktekkan hasil SL-PHT ini. “Mari kita menerapkan pertanian yang ramah lingkungan dengan pertanian organik, salah satunya dengan pembuatan APH,” ujarnya.

Agen Pengendali Hayati adalah setiap organisme atau mahluk hidup, terutama serangga, cendawan/jamur, cacing, bakteri, virus dan binatang lainnya yang dapat dipergunakan untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Pada dasarnya, agen hayati dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu: predator, parasitoid, patogen serangga, dan antagonis patogen tumbuhan. Pada SL-PHT kali ini peserta SL-PHT diajarkan cara membuat APH jamur Beauveria bassiana, bakteri Pseudomonas dan jamur Trichoderma.

Didik, Petugas POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman) Perkebunan Kabupaten Ponorogo bersama dengan peserta SL-PHT Tanaman Tembakau mempraktikkan pembuatan APH dengan seksama. Bahan yang dibutuhkan pada pembuatan APH adalah:

  1. Jamur Beauveria bassiana: beras jagung
  2. Bakteri Pseudomonas: usus ayam 1 kg, air 5 L, terasi 3 buah
  3. Jamur Trichoderma: spons, tepung beras 50 gram, air kelapa 400 ml
Petani praktek membuat APH

Dengan kegiatan SL-PHT pembuatan APH ini diharapkan petani dapat membuat sendiri APH untuk diaplikasikan di lahannya masing-masing. APH adalah musuh alami bagi hama dan penyakit di lahan pertanian dan perkebunan, sehingga aplikasi APH di lahan ini harapannya dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia untuk mewujudkan pertanian ramah lingkungan. (Salma Azizah)